Bab 19 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah
film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di
masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua
sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles
6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 19
SEMBILAN BELAS
TATE
Sekarang Kamis, Malam menonton pertandingan.
Biasanya, bunyi tayangan pertandingan Kamis malam mereka
membuatku kesal. Malam ini, suara-suara itu bagaikan musik di telingaku, karena
tahu Miles pasti di rumah. Aku tidak tahu apa yang kuharapkan dari Miles atau
kesepakatan yang kami jalani ini. Aku belum mengirim SMS atau berbicara padanya
selama lima hari sejak dia berangkat.
Aku tahu, meskipun sering memikirkan Miles, aku tidak
seharusnya melakukan ini. Untuk sesuatu yang seharusnya hal biasa saja,
kesepakatan kami tidak terasa biasa saja. Bagiku, kami memiliki keterikatan
kuat. Bahkan sangat kuat. Kurang-lebih hanya Miles yang kupikirkan sejak
kejadian malam itu di bawah hujan deras. Alangkah menyedihkan bagaimana aku
memegang kenop untuk masuk ke apartemen tapi tanganku gemetaran karena tahu
Miles mungkin di dalam.
Aku membuka pintu apartemen, dan Corbin menjadi yang pertama
mendongak. Dia mengangguk, tapi tidak menyapa. Ian melambai dari tempat
duduknya di sofa, setelah itu kembali menonton TV.
Tatapan Dillon menjelajahi tubuhku dari atas ke bawah, dan
aku sekuat tenaga menahan diri supaya tidak memutar bola mata.
Miles tidak melakukan apa-apa, karena Miles tidak di sini.
Sekujur tubuhku mengembuskan napas kecewa. Aku menjatuhkan tas tangan ke kursi
kosong di ruang tamu dan berkata dalam hati bagus jika Miles tidak di sini,
karena banyak sekali tugas kuliah yang harus kuselesaikan.
“Ada piza di dapur,” Corbin memberitahu.
“Senangnya.” Aku berjalan ke dapur dan membuka lemari untuk
mengambil piring. Aku mendengar bunyi langkah mendatangiku, dan denyut
jantungku bertambah cepat setingkat.
Satu tangan menyentuh punggung bawahku. Aku seketika
tersenyum dan berbalik untuk menghadap Miles.
Sayang orang itu bukan Miles, melainkan Dillon.
“Hei, Tate,” sapa Dillon sambil mengulurkan tangan memutari
tubuhku untuk menjangkau lemari. Tangan yang tadi menyentuh punggung bawahku
masih menempel di tubuhku, tapi karena aku berbalik, sekarang tangan itu
hinggap di pinggangku. Dillon terus menatapku sambil tangannya terulur
melewatiku untuk membuka lemari. “Aku hanya butuh gelas untuk bir,” katanya,
menjelaskan alasan keberadaannya di dapur, Menyentuhku. Wajah Dillon hanya
beberapa sentimeter dari wajahku.
Aku benci Dillon melihatku tersenyum ketika berbalik. Aku
menanamkan pendapat yang keliru ke pikirannya.
“Well, kau takkan menemukan gelas di sakuku,” kataku sambil
menepis tangan Dillon dariku. Aku memalingkan wajah dari Dillon bersamaan Miles
masuk dapur. Tatapannya seperti melubangi bagian tubuhku yang baru disentuh
Dillon.
Miles sempat melihat tangan Dillon menyentuhku.
Miles menatap Dillon seolah Dillon baru membunuh seseorang.
“Sejak kapan kau minum bir dari gelas?” tanya Miles.
Dillon berbalik menghadap Miles, lalu menoleh padaku di
belakangnya dan menyunggingkan senyum menggoda yang terang-terangan. “Sejak
Tate berdiri begitu dekat ke lemari.”
Sial. Dillon bahkan tidak berusaha menyembunyikan kejadian
tadi. Dia mengira aku tertarik padanya.
Miles berjalan ke kulkas dan membukanya. “Dillon, bagaimana
kabar istrimu?”
Miles tidak melakukan gerakan mengambil apa pun. Dia hanya
berdiri, menatap kulkas, jemarinya mencengkeram gagang pintu dengan genggaman
paling kuat yang pernah dirasakan si gagang, aku yakin.
Dillon masih menatapku lekat. “Istriku bekerja,” sahutnya
terus terang. “Hingga sedikitnya empat jam lagi.”………(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 19.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 19 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "