Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 19.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah film layar lebar.

Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.

Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 19.3

Bab 19.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta 

Miles memberiku ciuman singkat lagi dan melepasku, lalu berjalan ke pintu.

Aku terduduk di kursi. Sikapnya manis sekali, Aku bisa terbiasa pada perlakuan seperti ini.

Aku menarik catatan ke depanku dan mulai belajar. Kira-kira setengah jam kemudian aku menerima SMS dari Miles.

Miles: Apa kabar tugasmu?

Aku membaca SMS itu sambil tersenyum seperti orang bodoh. Miles pergi sembilan hari tanpa satu kali pun bertemu denganku atau mengirim SMS, dan sekarang dia mengirimiku SMS dari jarak hanya dua puluh langkah.

Aku: Baik. Apa kabar pertandingan di TV?

Miles: Sudah separuh jalan. Kami kalah.

Aku: Mengecewakan.

Miles: Kau tahu aku tidak punya TV berlangganan.

Aku: ???

Miles: Tadi, ketika kau meneriaki kami. Kau menyuruh kami menonton pertandingan di tempatku, padahal kau tahu aku tidak berlangganan TV kabel. Kurasa saat ini Ian curiga.

Aku: Oh, tidak. Aku tidak terpikir ke sana.

Miles: Tidak apa. Ian hanya menatapku, seolah tahu terjadi sesuatu. Jujur saja, aku tidak peduli jika Ian tahu. Dia tahu segalanya tentangku.

Aku: Aku heran kau belum memberitahu dia tentang kita. Apa kaum laki-laki tidak cerita- cerita soal hubungan 5eks mereka?

Miles: Aku tidak, Tate.

Aku: Kurasa kau perkecualian. Sekarang jangan ganggu aku, aku harus belajar.

Miles: Jangan pulang sampai kuberitahu pertandingan sudah selesai.

Aku meletakkan ponsel di meja, tidak bisa menghapus senyum lebar dari wajahku, Sejam kemudian, pintu apartemen Miles terbuka. Aku mengangkat wajah. Miles masuk, menutup pintu, dan dengan santai bersandar ke pintu. “Pertandingan selesai,” dia memberitahu.

Aku meletakkan bolpoin. “Pemilihan waktumu tepat. Aku juga baru saja menyelesaikan tugas.”

Tatapan Miles mendarat di buku-bukuku yang berserakan di meja. “Corbin mungkin menunggumu pulang.”

Aku tidak tahu apakah ini cara Miles menyuruhku pulang, atau dia sekadar ingin bercakap-cakap. Meskipun begitu, aku berdiri dan mulai mengumpulkan buku-bukuku, berusaha menyembunyikan ekspresi kecewa di wajahku.

Miles langsung mendatangiku dan mengambil buku-buku dari tanganku, meletakkannya kembali di meja. Dia mendorong buku-buku itu sejauh kira-kira tiga puluh sentimeter, setelah itu meraih pinggangku dan mengangkatku ke meja.

“Itu tidak berarti aku ingin kau pergi,” katanya tegas, menatap tajam mataku.

Kali ini aku tidak tersenyum, karena Miles baru saja membuatku merasa gugup lagi. Setiap kali Miles menatapku setajam ini, aku gugup.

Miles menarikku sangat dekat ke tepi meja dan berdiri di antara kakiku. Tangannya masih memegang pinggangku, tapi sekarang bibirnya pindah ke rahangku. “Aku tadi berpikir,” katanya dengan lembut, embusan napasnya membelai leherku, membuat sekujur tubuhku merinding. “Tentang malam ini dan bagaimana kau belajar di kampus sepanjang hari.” Tangannya menyusup ke bawah kakiku, mengangkatku dari meja. “Dan bagaimana kau bekerja sepanjang akhir pekan, setiap akhir pekan.” Aku mengepit Miles dengan kaki. Dia menggendongku ke kamarnya.

Sekarang dia membaringkanku di ranjang.

Lalu dia di atasku, menyibak rambutku ke belakang, menatap mataku. “Dan aku sadar kau tidak pernah libur.” Bibirnya kembali ke rahangku, menjatuhkan kecupan lembut di antara setiap kalimat. “Kau belum libur sehari pun sejak Thanksgiving, bukan?”

Aku menggeleng, tidak mengerti mengapa Miles banyak bicara, tapi aku menyukainya. Tangan Miles merayap naik di balik blusku, telapak tangannya menyentuh perutku, terus naik hingga menangkup dadaku. “Kau pasti lelah, Tate.”

Aku menggeleng. “Tidak terlalu.” Aku berbohong.

Aku kelelahan setengah mati.

Bibir Miles meninggalkan leherku, dia kembali menatap mataku. “Kau bohong,” katanya, ibu jarinya mengusap lapisan tipis br4 yang menutupi puncak dadaku. “Aku tahu kau lelah.” Dia menurunkan bibir dan menempelkannya ke bibirku dengan sangat lembut hingga aku hampir tidak merasakannya. “Aku hanya ingin menciummu selama beberapa menit, oke? Setelah……….(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 19.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Posting Komentar untuk "Bab 19.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"