Bab 21.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah
film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di
masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua
sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles
6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta,
Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak
bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 21.2
Bab 21.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
“Kau bersikap seolah kita saling menyukai hal buruk.”
“Mungkin begitu,” sahut Miles.
Aku sepertinya ingin Miles berhenti bicara sekarang juga,
karena semua yang dia katakan membuat hatiku semakin pedih dan aku semakin
kebingungan. “Jadi, kau membawaku kemari untuk mengakhiri semuanya?”
Miles mendesah berat. “Semula aku ingin hubungan kita untuk
bersenang-senang, tapi... kurasa, mungkin kau menyimpan harapan berbeda dariku.
Aku tidak ingin menyakiti hatimu, tapi jika kita meneruskan hubungan ini... aku
yang akan menyakiti hatimu.” Miles kembali memandang ke luar jendelanya.
Aku ingin memukul sesuatu. Tapi, dengan frustrasi aku malah
mengusap wajah dengan dua tangan dan mengempaskan punggung kuat-kuat ke jok.
Aku tidak pernah bertemu orang yang sangat sedikit berkata-kata ketika mereka
berbicara. Miles pasti sudah melatih seni menjawab dengan menghindar.
“Kau harus memberitahuku lebih banyak, Miles. Penjelasan
sederhana, mungkin? Apa yang terjadi padamu?”
Rahang Miles menegang seketat cengkeraman tangannya di
setir. “Aku pernah meminta dua hal darimu. Jangan bertanya tentang masa laluku,
dan jangan pernah mengharapkan masa depan dariku. Sekarang kau melakukan
keduanya.”
Aku mengangguk. “Ya, Miles. Kau benar. Aku melakukan
keduanya. Karena aku suka padamu, dan aku tahu kau suka padaku, dan ketika kita
bersama rasanya fenomenal, dan itu yang dilakukan manusia normal. Ketika
menemukan orang yang serasi dengannya, mereka membuka diri pada orang itu.
Membiarkan orang itu masuk. Mereka ingin bersama orang itu. Orang itu tidak
melampiaskan hasratnya pada mereka di meja dapur, lalu pergi begitu saja dan
membuat mereka merasa seperti kotoran.”
Tidak terjadi apa-apa.
Miles tidak
menunjukkan apa-apa. Tidak ada reaksi apa pun.
Miles memalingkan wajah ke depan dan menyalakan mesin mobil.
“Kau benar,” katanya. Dia memundurkan mobil dan bersiap meninggalkan parkiran.
“Baguslah kita bukan teman sejak awal. Kalau tidak, keadaan ini pasti lebih
sulit.”
Aku memalingkan wajah dari Miles karena malu menyadari
betapa besar kemarahanku akibat kata-katanya. Aku marah kata- kata Miles
menyakiti hatiku sekuat ini, tapi semua yang terkait Miles memang membuat sakit
hati. Rasanya menyakitkan karena aku tahu betapa indah momen kebersamaan kami,
dan aku tahu betapa mudah menghalau momen tidak menyenangkan andai saja Miles
berhenti melawan keadaan ini.
“Tate,” panggil Miles dengan suara sarat penyesalan. Aku
ingin mencerabut suara itu dari pita suaranya.
Tangan Miles mendarat di bahuku, mobil berhenti berjalan.
“Tate, aku tidak bermaksud seperti itu.”
Aku menepis tangan Miles. “Jangan,” kataku. “Silakan akui
kau menginginkanku lebih dari sekadar s3ks, atau antar aku pulang.”
Miles diam saja. Mungkin dia merenungkan ultimatum dariku.
Akui, Miles. Akui. Please. Mobil kembali berjalan.
“Memang apa yang kauharapkan?” tanya Cap sambil menyodorkan
tisu lagi padaku.
Ketika Miles dan aku tiba di kompleks apartemen, aku tidak
tahan naik lift bersamanya, jadi aku duduk di sebelah Cap dan membiarkan Miles
naik sendirian. Tidak seperti ekspresi keras yang berusaha kutunjukkan pada
Miles, tangisku pecah ketika aku menumpahkan semua kepedihanku pada Cap, tidak
peduli dia ingin mendengar atau tidak.
Aku membersit hidung lagi dan menjatuhkan tisu, menambah
tumpukan tisu di dekat kakiku di lantai. “Selama ini aku berangan-angan,”
kataku. “Kukatakan pada diriku aku akan sanggup menghadapinya jika Miles
selamanya tidak menginginkan lebih. Kupikir jika aku memberinya waktu, pada
akhirnya Miles akan datang padaku.”
Cap mengulurkan tangan ke tong sampah di sebelahnya dan
menaruh tong di antara kami supaya ada tempat untukku membuang tisu. “Jika
bocah itu tidak bisa melihat hal baik yang bisa dia miliki bersamamu, dia tidak
layak mendapatkan waktumu.”
Aku mengangguk, sependapat dengan Cap. Aku memiliki jauh
lebih banyak hal penting untuk kulakukan dengan waktuku, tapi karena alasan
tertentu, aku merasa sepertinya Miles bisa melihat hal baik apa yang dia miliki
bersamaku. Aku merasa sepertinya Miles berharap dia bisa membuat hubungan kami
berhasil, tapi ada sesuatu yang lebih serius daripada dia, aku, atau kami, yang
membuatnya menahan diri. Aku hanya bisa berharap aku tahu “sesuatu” itu apa.
“Apa aku sudah menceritakan padamu lelucon favoritku?” tanya
Cap.
Aku menggeleng dan menarik tisu lagi dari kotak di tangan
Cap, merasa lega karena topik pembicaraan berubah.
“Tok, tok,” kata Cap.
Aku tidak menyangka lelucon Cap adalah “lelucon tok-tok”,
tapi aku mengikuti permainannya. “Siapa?”
“Sapi,” sahut Cap. “Sapi ap...”
“MOO!” Cap berseru nyaring, memotong kata-kataku. Aku
menatapnya lekat.
Lalu aku tertawa.
Aku tertawa lebih keras daripada yang pernah kulakukan dalam
waktu yang sangat lama…….(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 22 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 21.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "