Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 25.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah film layar lebar.

Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.

Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 25.2

Bab 25.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta 

Aku kembali ke ruang tamu dan berdiri tepat di depan Corbin. “Miles hanya bersikap jujur tentang apa yang dia ingin- kan. Dia tidak pernah satu kali pun mencekokiku dengan omong kosong. Aku satu-satunya perempuan yang pernah bersamanya sejak enam tahun, dan kau ingin menyebut dia munafik?” Aku tidak lagi berusaha menjaga suaraku tetap rendah. “Silakan becermin, Corbin. Berapa banyak perempuan yang tidur denganmu sejak aku pindah kemari? Menurutmu, berapa banyak dari perempuan-perempuan itu yang memiliki saudara laki-laki yang dengan senang hati menghajarmu jika mereka tahu tentang kau? Jika ada yang pantas disebut munafik, kau orangnya!”

Corbin berkacak pinggang, menatapku tajam. Karena dia tidak juga merespons, aku berbalik untuk berjalan ke kamarku, tapi pintu apartemen terbuka sambil diketuk.

Miles.

Corbin dan aku serempak menoleh bersamaan Miles menjulurkan kepala ke dalam. “Semua baik-baik saja di sini?” tanya Miles sambil masuk ke ruang tamu.

Aku menoleh sekilas pada Corbin, yang memandangku garang. Aku menaikkan alis, menunggu kakakku menanggapi pertanyaan Miles, karena kakakku yang bermasalah di sini.

“Kau tidak apa-apa, Tate?” tanya Miles, sekarang dia menujukannya padaku.

Aku kembali memandang Miles dan mengangguk. “Aku baik- baik saja,” sahutku. “Bukan aku yang menyimpan harapan tidak realistis pada saudaraku.”

Corbin mengerang keras-keras, lalu berbalik dan menendang sofa. Miles dan aku mengamati saat Corbin menyusurkan jemari ke rambut dan mencengkeram kuat tengkuknya. Dia berbalik menghadap Miles lagi, lalu mengembuskan napas berat.

“Mengapa kau tidak menjadi gay saja?”

Miles memandang Corbin dengan konsentrasi waspada. Aku menunggu salah satu dari mereka menunjukkan reaksi, supaya aku tahu aku bisa bernapas atau tidak.

Miles menggeleng-geleng sambil menyunggingkan senyum. Corbin mulai tertawa, dan mengerang pada saat yang sama,

petunjuk bahwa dia baru memahami kesepakatanku dan Miles, meskipun mungkin dia tetap tidak setuju.

Aku tersenyum dan diam-diam berjalan keluar dari apartemen, berharap keduanya berencana merangkai kembali sesuatu yang retak antara mereka ketika aku masuk ke bingkai hidup mereka.

Pintu lift membuka ke lantai lobi. Aku bersiap keluar, tapi Cap berdiri di depan pintu lift seolah bermaksud masuk.

“Kau datang menemuiku?” tanya Cap.

Aku mengangguk dan menunjuk ke atas. “Corbin dan Miles gencatan senjata. Aku memberi mereka waktu.”

Cap masuk lift dan menekan tombol menuju lantai dua puluh. “Well, kurasa kau bisa menemaniku pulang,” katanya. Cap memegang palang di belakangnya untuk menopang tubuh. Aku berdiri di sebelah Cap dan bersandar ke dinding di belakangku.

“Boleh aku bertanya padamu, Cap?”

Cap mempersilakan dengan anggukan. “Aku senang ditanya sebesar aku senang bertanya.”

Aku menurunkan tatapan ke sepatu, kemudian menyilangkan kaki. “Menurutmu, kejadian apa yang membuat laki-laki tak ingin lagi merasakan cinta?”

Cap tak menjawab pertanyaanku selama perjalanan naik p ling sedikit lima lantai. Akhirnya aku memandang Cap, dia juga memandangku dengan mata menyipit, sehingga kerutan di antara matanya semakin banyak. “Menurutku, jika seseorang pernah mengalami sisi terburuk cinta, kemungkinan dia takkan ingin lagi merasakan cinta.”

Aku merenungkan jawaban Cap, sayang itu tidak banyak menolong. Aku tidak mengerti bagaimana cinta bisa menunjukkan sisi terburuk yang cukup untuk membuat seseorang menutup diri sepenuhnya dari cinta.

Pintu lift membuka ke lantai dua puluh, aku mempersilakan Cap keluar lebih dulu. Aku menemani Cap berjalan ke apartemennya dan menunggu hingga dia membuka pintu. “Tate,” panggilnya. Posisinya menghadap pintu, dan dia tidak berbalik ketika menyelesaikan kalimatnya. “Kadang, jiwa seseorang tak cukup kuat bertahan menghadapi hantu masa lalunya.” Cap membuka pintu apartemen dan masuk. “Mungkin bocah itu kehilangan jiwanya di suatu tempat pada masa lalu hingga masa kini.” Cap menutup pintu dan meninggalkan aku yang berusaha menguraikan kebingungan yang semakin bertambah……….(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 26 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Posting Komentar untuk "Bab 25.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "