Bab 29.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah
film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di
masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua
sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles
6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta,
Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak
bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 29.3Bab 29.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
“Kami akan memadamkan lampu ketika meninggalkan ko- lam,
Cap,” kata Miles tanpa mengacuhkan pertanyaan Cap, sekaligus mengalihkan
percakapan.
Cap menyipit pada Miles, menggeleng-geleng seolah kecewa,
dan mulai berbalik ke pintu. “Tadi itu pertanyaan retoris,” gumamnya. Aku
melihat Cap mengangkat tangan ke dahi, mem-beri hormat pada udara di depannya.
“Selamat malam, Tate,” katanya lantang.
“Selamat malam, Cap.”
Miles dan aku memperhatikan hingga pintu menutup di belakang
Cap. Aku melepaskan tangan dari leher Miles dan mendorong lembut dadanya hingga
dia mundur supaya aku bisa berjalan mengitarinya. Aku berenang ke sisi lain
kolam.
“Kenapa kau selalu bersikap kasar padanya?” tanyaku.
Miles menurunkan tubuh ke air, merentangkan tangan di depan
tubuh, lalu menendang dinding di belakangnya. Dia berenang ke arahku, dan aku
mengamati tatapannya yang terus fokus ke mataku. Aku berenang mundur hingga
punggungku bersandar ke dinding kolam yang berseberangan. Miles terus berenang
ke arahku, dan hampir menubrukku, tapi dia menghentikan lajunya dengan
mencengkeram langkan di kiri dan kanan kepalaku, membuat air berkecipak mencium
dadaku.
“Aku tidak bersikap kasar padanya.” Bibir Miles mendarat di
leherku, lalu mengecup pelan, lambat-lambat merayap naik hingga bibirnya tiba
di dekat telingaku. “Aku hanya tidak suka menjawab pertanyaan.”
Kurasa kami sudah memastikan itu.
Aku menjauhkan leher beberapa sentimeter supaya bisa melihat
wajah Miles. Aku mencoba fokus pada matanya, tapi butiran-butiran air menghiasi
bibirnya dan sulit untuk tidak memperhatikan itu. “Tapi dia orang tua. Kau
tidak seharusnya bersikap kasar pada orang tua. Selain itu, Cap orangnya lucu
andai kau mengenal dia lebih dekat.”
Kali ini Miles terbahak-bahak dan kembali mendekatkan wajah,
mencercahkan kecupan di pipiku. Tangannya memegang tengkukku, dan tatapannya
turun ke bibirku. “Aku suka kau menyukai dia,” katanya, lalu tatapannya naik ke
mataku. “Aku takkan bersikap kasar lagi padanya. Aku janji.”
Aku menggigit bibir supaya Miles tidak melihat betapa ingin
aku tersenyum karena dia baru berjanji. Janji yang sederhana, tapi rasanya
tetap menyenangkan.
Tangan Miles meluncur ke rahangku, ibu jarinya singgah di
bibirku, dan menarik bibirku dari jepitan gigiku. “Apa kataku tentang jangan
menyembunyikan senyum?” Miles menggigit lembut bibir bawahku, lalu
melepaskannya.
Rasanya suhu di kolam renang tiba-tiba naik sebesar dua
puluh derajat.
Miles menempelkan bibir di leherku, kemudian dia mengembuskan
napas berat di kulitku. Aku mendongak ke belakang, menyangganya di langkan
kolam renang saat ciuman Miles menuruni leherku. “Aku tidak ingin berenang
lagi,” kata Miles, bibirnya meluncur dari pangkal leherku, naik lagi ke
bibirku.
“Well, kalau begitu, apa yang kauinginkan?” tanyaku dengan
suara lemah.
“Kau,” sahut Miles tanpa ragu-ragu. “Di kamar mandiku Dari
belakang.”
Aku menelan segumpal besar udara dan merasakan udara itu
terjun ke dasar perutku.
“Wah. Itu sangat spesifik.”
“Juga di ranjangku,” bisik Miles. “Kau di atas, tubuh kita
masih basah sehabis mandi.”
Aku menghela napas tajam, dan kami sama-sama bisa mendengar
napasku yang gemetaran saat aku mengembuskannya. “Oke,” aku mencoba berkata,
tapi bibir Miles mencari bibirku sebelum kata itu selesai kuucapkan.
Dan sekali lagi, sesuatu yang bagiku seharusnya menjadi
percakapan untuk mendapatkan informasi, terpinggirkan untuk menciptakan ruang
bagi satu-satunya hal yang bersedia diberikan Miles padaku……….(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 30 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 29.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "