Bab 29.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah
film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di
masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua
sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles
6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta,
Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak
bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 29.2
Bab 29.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
Aku membiarkan Miles mengangkat wajahku, tapi aku tidak
ingin melakukan kontak mata. Aku mengarahkan tatapan ke kanan atas, mengerjap
untuk menghalau air mata.
“Aku minta maaf.”
Aku tidak tahu Miles meminta maaf untuk apa. Aku bahkan tidak
tahu apakah Miles tahu dia meminta maaf untuk apa. Meskipun begitu, kami
sama-sama tahu air mataku menetes berkaitan dengan sikapnya, jadi kemungkinan
besar Miles meminta maaf semata karena alasan itu. Karena dia tahu dia tidak
mampu memberikan yang kuinginkan.
Miles berhenti berusaha membuatku memandangnya, dan sebagai
gantinya mendekapku ke dadanya. Aku menempelkan telinga di jantungnya, dia
menopang dagu di puncak kepalaku.
“Apa menurutmu sebaiknya kita hentikan saja?” tanya Miles
pelan. Suaranya menyiratkan ketakutan, seolah dia berharap aku menjawab tidak,
meskipun begitu dia tetap terdorong menanyakannya padaku.
“Tidak,” bisikku.
Miles mengembuskan napas berat. Embusan napasnya bisa saja
mengisyaratkan kelegaan, meskipun aku tidak yakin. “Jika aku bertanya sesuatu
padamu, apakah kau akan memberiku jawaban jujur?”
Aku mengedikkan bahu, karena tidak mungkin aku menjawab “ya”
sebelum mendengar apa pertanyaan Miles.
“Apakah kau mempertahankan hubungan ini karena kau berpikir
aku akan berubah pikiran, karena kau berpikir ada kemungkinan aku jatuh cinta
padamu?”
Itu satu-satunya alasanku masih ingin melanjutkan hubungan
ini, Miles. Tetapi, tentu saja aku tidak mengatakan itu terus terang. Aku
bahkan tidak mengatakan apa pun.
“Karena aku tidak bisa, Tate. Aku...” Suara Miles semakin
pelan, dan dia terdiam. Aku menganalisis kata-kata Miles, bagaimana dia
mengatakan tidak bisa alih-alih takkan. Aku ingin bertanya mengapa. Apakah
karena dia takut? Apakah karena aku tidak tepat untuknya? Apakah dia takut akan
membuatku patah hati? Aku tidak menanyakan semua itu padanya, karena takkan ada
jawaban yang bisa menenteramkan hatiku. Tidak satu pun dari skenario ini yang
cukup masuk akal untuk mengingkari kebahagiaan di hati.
Itulah alasanku tidak bertanya padanya, karena aku merasa
belum siap mendengar jawaban jujur. Mungkin aku menganggap sepele pengalaman
masa lalu Miles yang menjadikannya seperti ini. Karena pasti terjadi sesuatu.
Sesuatu yang kemungkinan besar hatiku tak mampu memahaminya, meskipun misalnya
aku tahu apa itu. Sesuatu yang merenggut jiwa Miles, seperti kata Cap.
Miles memelukku semakin erat, dan pelukannya mengungkapkan
banyak hal. Ini lebih dari sekadar mendekap. Lebih dari sekadar pelukan. Miles
memelukku seolah takut aku tenggelam jika dia melepasku.
“Tate,” bisik Miles. “Aku tahu aku akan menyesal jika mengatakan
ini, tapi aku ingin kau mendengarnya.” Miles merenggangkan jarak secukupnya
hingga bisa menyentuhkan bibir ke rambutku, setelah itu kembali memelukku erat.
“Andai aku mampu mencintai seseorang... itu pasti kau.” Hatiku retak-retak
mendengar kata-katanya, aku merasa sebentuk pengharapan menyusup ke hatiku tapi
langsung mengalir keluar lagi. “Sayangnya aku tidak mampu. Jadi, jika ini
terlalu berat...”
“Tidak,” aku menyela, berusaha sekuat tenaga mencegah Miles
mengakhiri hubungan ini. Aku akhirnya berhasil menemukan
keberanian untuk memandang mata Miles dan mengucapkan dusta
terbesar seumur hidupku. “Aku menyukai kebersamaan kita apa adanya.”
Miles tahu aku berbohong. Aku bisa melihat keraguan dari
tatapannya yang menyiratkan keprihatinan, tapi dia hanya mengangguk. Aku
berusaha menyingkirkan pikiran itu dari kepala Miles sebelum dia bisa membaca
isi hatiku. Aku memeluk lehernya dengan pelukan longgar, tapi perhatian Miles
tertuju ke pintu yang terbuka. Aku ikut menoleh, dan melihat Cap lambat- lambat
menyeret langkah ke dek atap gedung. Dia berjalan ke sakelar di dinding, yang
fungsinya menghentikan semburan air ke bak air panas. Cap menceklik sakelar,
lalu kembali berjalan lambat-lambat ke pintu akses, tapi sebelum itu, dia
melirik kami. Dia berbalik menghadap kami sepenuhnya, berdiri dalam jarak tidak
lebih daripada lima langkah.
“Kaukah itu, Tate?” tanya Cap sambil menyipit.
“Ya, aku,” sahutku, masih dalam posisi yang sama dengan
Miles.
“Hmm,” gumam Cap
sambil mengamati kami berdua. “Apa ada yang pernah memberitahu kalian bahwa
kalian berdua pasangan serasi?”
Aku meringis, karena ini bukan momen terbaik bagi Miles
untuk mendengar komentar seperti itu, terutama setelah percakapan canggung kami
barusan. Aku juga mengerti apa maksud Cap dengan komentar itu.
“Kami akan memadamkan lampu ketika meninggalkan kolam, Cap,”
kata Miles tanpa mengacuhkan pertanyaan Cap, sekaligus mengalihkan percakapan………(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 29.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 29.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "