Bab 12.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas .
Novel ini dapat membuat guncangan
emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat
pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di
angkat menjadi sebuah film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut
pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun
yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang
terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di
masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 12.2
Bab 12.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
tapi aku terus berusaha
menguatkan tembok yang mengurung kata-kataku. Rachel tidak perlu mendengar
kata-kata itu, Aku juga tidak perlu mengucapkannya.
Tetapi, kata-kata itu terus
menggedor tembok. Kata-kata itu selalu menggedor kuat-kuat tembok yang kubangun
sehingga ciuman kami berakhir seperti ini. Sekarang keinginan kata-kata itu
untuk keluar melebihi sebelumnya.
Kata-kata itu membutuhkan udara, Kata-kata
itu menuntut didengarkan. Kekuatanku untuk menahan gedoran kata-kata itu ada
batasnya, sebelum tembok yang kubangun akhirnya runtuh.
Hanya sampai hari ini bibirku
sanggup menyentuh bibir Rachel tanpa membuat kata-kata yang terpenjara itu
tumpah ruah dari atas tembok, menerobos melalui retakan-retakan tembok,
menjalar mendaki dadaku hingga
aku memegang wajah Rachel, menatap matanya, membiarkan mata Rachel merobohkan
semua penghalang di antara kami dan sakit hati yang tidak terhindarkan.
Kata-kata itu akhirnya terbebas.
“Aku tidak bisa melihat apa pun,”
kataku pada Rachel.
Aku tahu Rachel tidak mengerti
maksudku. Aku tidak ingin menjelaskan panjang lebar, tapi kata-kata itu
akhirnya terbebas. Kata-kata itu mengambil alih.
“Ketika nanti kau pindah ke
Michigan dan aku tetap di San Fransisco, aku tidak bisa melihat apa pun setelah
saat itu. Aku terbiasa melihat masa depan seperti apa pun yang kuinginkan, tapi
saat ini aku tidak melihat apa-apa.”
Aku mencium air mata yang menetes
di pipi Rachel. “Aku tidak bisa melakukan ini,” lanjutku. “Satu-satunya yang ingin
kulihat adalah dirimu, dan jika aku tidak mendapatkan itu... tidak ada lagi
yang berharga. Kau membuat keadaan lebih baik, Rachel. Semuanya.” Aku mencium
bibir Rachel kuat-kuat, dan kali ini ciuman itu tidak menyakitkan, karena
kata-kata yang terpenjara itu sudah bebas. “Aku mencintaimu,” kataku, dan
dengan itu membebaskan diriku sepenuhnya. Aku menciumnya lagi, tanpa memberinya
kesempatan menanggapi. Aku tidak butuh mendengar Rachel mengucapkan kata-kata
itu padaku hingga dia benar-benar siap, dan aku tidak ingin mendengar Rachel
mengatakan perasaanku keliru.
Tangan Rachel bergeser ke
punggungku, mendorongku lebih rapat. Kakinya membelit kakiku seolah dia
berusaha mematri tubuhnya di dalam tubuhku.
Dia sudah terpatri di dalamku.
Kami kembali dipenuhi
ketergesaan. Gigi beradu, saling menggigit bibir, terburu-buru, ingin
cepat-cepat, napas tersengal, saling menyentuh.
Rachel mengerang, dan aku
merasakan dia berusaha melepaskan bibir dariku, tapi tanganku menyusup di
rambutnya, dan aku melumat bibirnya dengan putus asa, berharap dia tidak sesaat
pun melepaskan ciuman kami untuk menghirup udara.
Rachel memaksaku melepasnya.
Aku menjatuhkan dahiku ke
dahinya, tersengal menghimpun tenaga, mencegah emosiku agar jangan sampai
tumpah tidak terkendali.
“Miles,” bisik Rachel. “Miles, aku
mencintaimu. Aku takut sekali. Aku tidak ingin hubungan kita berakhir.”
Kau mencintaiku, Rachel.
Aku menjauhkan wajah dan menatap
matanya.
Rachel menangis.
Aku tidak ingin Rachel takut.
Kukatakan padanya semua akan baik-baik saja. Kukatakan padanya kami akan
menunggu hingga kami lulus, setelah itu memberitahu orangtua kami. Kukatakan
padanya orangtua kami harus menerima. Setelah kami keluar dari rumah ini, semua
akan berbeda. Semua akan membaik.
Orangtua kami akan terpaksa
setuju.
Kukatakan pada Rachel, kami pasti
bisa mengatasi ini, Rachel mengangguk dengan gemetaran.
“Kita pasti bisa mengatasi ini,”
balas Rachel, menyetujui kata - kataku.
Aku menekan dahiku ke dahinya.
“Kita pasti bisa mengatasi ini, Rachel,” kataku padanya. “Aku tidak bisa
melepasmu sekarang, Takkan.”
Rachel memegang wajahku di antara
telapak tangannya, lalu menciumku.
Kau jatuh cinta padaku, Rachel.
Ciuman Rachel menyingkirkan beban
yang sangat berat dari dadaku sehingga aku merasa seperti melayang. Aku merasa
seolah Rachel melayang bersamaku.
Aku membalik tubuh Rachel
sehingga punggungnya menempel di dinding. Aku mengangkat kedua tangan Rachel ke
atas kepalanya dan menautkan jemari kami, lalu menekan tangannya ke ubin
dinding di belakangnya.
Kami bertatapan... lalu kami
melanggar aturan nomor dua.……..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE
tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari
kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 13 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 12.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"