Bab 13.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas .
Novel ini dapat membuat guncangan
emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat
pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di
angkat menjadi sebuah film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut
pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun
yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang
terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di
masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 13.1
Bab 13.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
Miles tersenyum lebar, lalu
mengulurkan tangan ke kantong belanja. Dia mengeluarkan sebotol jus jeruk, dan
fakta sederhana bahwa dia mengingat hal ini menjadi bukti kemurahan hatinya.
Itu juga menjadi bukti tidak dibutuhkan banyak usaha untuk membuatku meleleh.
Aku seharusnya memberitahu Miles bahwa satu-satunya aturan dariku berbunyi,
Berhentilah melakukan hal- hal yang membuatku berkeinginan melanggar aturan
darimu.
Aku mengambil jus jeruk dari
Miles sambil tersenyum. “Ada apa lagi di kantong belanjamu?”
Miles mengedikkan bahu.
“Barang-barang.”
Miles memperhatikanku membuka
wadah jus. Dia memperhatikanku meminum jus. Dia memperhatikanku menutup kembali
wadah jus. Dia memperhatikanku meletakkan jus di konter dapur, tapi tidak cukup
awas memperhatikan untuk menyadari seberapa cepat aku bisa menerkam kantong
belanja. Aku berhasil meraih kantong sesaat sebelum tangan Miles memeluk
pinggangku.
Dia tertawa. “Letakkan, Tate.”
Aku membuka kantong dan melongok
ke dalam. Dan yap Pengaman.
Aku tertawa dan meletakkannya
kembali di konter. Saat aku berbalik, Miles tidak melepaskan pinggangku. “Aku
ingin sekali mengatakan sesuatu yang tidak pantas atau memalukan, tapi aku
tidak bisa berpikir apa-apa. Aku hanya berpura-pura bisa berpikir dan tertawa.”
Miles tidak ikut tertawa, dan
tangannya masih melingkari pinggangku.
“Kau aneh sekali,” katanya.
“Aku tidak peduli.”
Dia tersenyum. “Situasi ini
aneh.”
Miles mengatakan situasi ini
aneh, tapi aku merasa semua ini menyenangkan. Aku tak bisa memastikan apakah
aneh terasa menyenangkan atau tak menyenangkan bagi Miles.
“Apakah aneh menyenangkan atau
tidak menyenangkan bagimu?”
“Keduanya,” sahut Miles. “Juga
tidak satu pun.”
“Kau sendiri aneh,” tukasku.
Miles menyeringai. “Aku tidak
peduli.”
Tangan Miles merayap naik ke
punggungku, bahu, dan perlahan menuruni lengan hingga tangannya menyentuh
tanganku.
Itu mengingatkanku pada sesuatu.
Aku mengangkat tangan Miles ke
sela di antara kami. “Bagaimana tanganmu?”
“Baik,” sahutnya.
“Mungkin sebaiknya aku memeriksa
lukamu besok,” kataku.
“Besok aku takkan di sini. Beberapa jam lagi
aku berangkat.” Dua pemikiran melintas di benakku. Satu, aku kecewa Miles
berangkat malam ini. Dua, untuk apa aku di apartemennya jika dia akan berangkat
malam ini?
“Bukankah kau seharusnya tidur?”
Miles menggeleng-geleng. “Aku
tidak bisa tidur sekarang.”
“Kau belum mencoba,” kataku. “Kau
tidak boleh menerbangkan pesawat tanpa cukup tidur, Miles.”
“Penerbangan pertama singkat
saja. Selain itu, aku hanya kopilot. Aku akan tidur di pesawat.”
Tidur tidak tercantum di agenda
Miles. Tate, ya. Di agenda Miles, Tate lebih penting daripada tidur, Aku
penasaran apa lagi yang lebih penting daripada Tate. “Jadi,” bisikku ketika
Miles menurunkan tangan. Aku terdiam, karena tidak memiliki kata-kata untuk
menyambung kata
jadi. Tidak sepatah pun. Bahkan
la-si-do juga tidak. Dapur sunyi senyap. Suasana semakin kikuk.
“Jadi,” kata Miles. Jemarinya
menyelip ke sela jemariku dan merenggangkannya. Jemariku menyukai jemari Miles.
“Apakah kau ingin tahu kapan
terakhir kali aku tidur dengan laki-laki, mengingat aku tahu detail pribadi
tentangmu?” tanyaku.
Ini adil semata karena seluruh
anggota keluargaku tahu kapan terakhir kali Miles berhubungan dengan perempuan.
“Tidak,” sahut Miles, singkat.
“Tapi aku sungguh ingin menciummu.”
Hmm. Aku tidak tahu bagaimana
harus menanggapi pernyataan itu, tapi aku tidak berminat menganalisis jawaban
tidak Miles karena disusul pernyataan seperti itu.
“Kalau begitu, cium aku,” kataku.
Jemari Miles meninggalkan
jemariku dan naik ke sisi kepalaku, menahan kepalaku supaya tidak bergerak.
“Aku berharap kau masih terasa seperti jus jeruk.”
Satu, dua, tiga, empat, lima,
enam, tujuh, delapan.
Aku menghitung jumlah kata di kalimat
itu, lalu mengaduk-aduk kepalaku mencari tempat untuk menyimpan delapan kata
itu selamanya. Aku ingin menyembunyikan kata-kata itu di laci pikiranku dan
memberinya label Hal-hal untuk dikeluarkan dan……….(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 13.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 13.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"