Bab 13.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas .
Novel ini dapat membuat guncangan
emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat
pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di
angkat menjadi sebuah film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut
pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun
yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang
terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di
masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 13.4
Miles mulai melepaskan pakaian dalamku. Dia menekuk satu
kakiku dan menariknya dari kaki celana, setelah itu mengulangi dengan kaki
sebelah lagi. Sudah pasti sekarang Miles tidak lagi menatap mataku.
Miles membiarkan kakiku terjatuh ke ranjang ketika dia berdiri
tegak dan mundur dua langkah menjauhiku.
“Wow,” bisiknya sambil menurunkan tatapan padaku. Miles hanya
berdiri, menatap lekat aku yang terbaring tanpa pakaian di ranjangnya,
sementara dia masih terlihat nyaman dalam balutan jins.
“Rasanya ini sedikit tidak adil,” kataku.
Miles menggeleng-geleng dan mengangkat kepalan tangan ke
bibir, menggigit buku jemari. Dia berbalik hingga memunggungiku, menghela napas
panjang dan dalam. Setelah itu dia berbalik menghadapku lagi, tatapannya
bergulir merayapi sekujur tubuhku hingga akhirnya singgah di mataku. “Ini luar
biasa, Tate.”
Aku merasakan kekecewaan menghiasi kata-katanya. Miles masih
menggeleng-geleng, tapi dia berjalan ke nakas, mengambil kotak pengaman dan
membukanya, lalu mengambil satu dan menyelipkan bungkusan itu ke sela gigi dan
merobeknya.
“Aku menyesal,” katanya, lalu dengan tergesa mengeluarkan
kaki dari jins.
“Aku ingin momen ini indah bagimu, aku ingin momen ini layak
dikenang, setidaknya.”
Miles tidak lagi memakai jins. Dia menatap mataku, tapi aku
kesulitan mempertahankan kontak mata dengannya, karena sekarang boxer-nya juga
lepas. “Tapi jika aku tidak berada di dalammu dua detik lagi, momen ini akan
menjadi momen memalukan bagiku.”
Miles berjalan cepat mendatangiku dan, entah bagaimana,
berhasil memakai pengaman pada saat bersamaan dia merenggangkan lututku dengan
tangan satu lagi. “Aku akan menebus ketergesaan ini beberapa menit lagi. Aku
janji,” katanya, lalu berhenti sesaat di sela lututku, menunggu persetujuanku.
“Miles,” kataku. “Aku tidak peduli soal terburu-buru. Aku
hanya ingin kau bersatu denganku.”
“Syukurlah.” Miles mendesah. Tangan kanannya memegang
belakang lututku dan bibirnya mencari bibirku. Lalu dia mendorong masuk dengan
gerakan kuat dan cepat yang tidak kuduga hingga aku hampir berteriak ke
mulutnya. Miles tidak menghentikan gerakan untuk bertanya apakah aku kesakitan.
Tidak juga memperlambat gerakan. Desakannya kian kuat dan dalam sampai kami tak
mungkin lebih rapat lagi.
Aku kesakitan, tapi dengan cara paling indah yang mungkin
kurasakan.
Aku merintih di mulut Miles, dia mengerang di leherku.
Bibirnya menjelajah ke mana-mana, sama seperti yang dilakukan tangannya. Semua
ini berlangsung kasar, buas, berat, dan panas, dan berisik. Semua ini
berlangsung cepat, dan dari ketegangan punggung Miles di bawah telapak
tanganku, aku tahu kata-kata- nya benar. Dia takkan bertahan lama.
“Tate,” bisik Miles. “Astaga, Tate.”
Otot-otot kaki Miles ikut menegang, dan tubuhnya mulai
bergetar. “Berengsek,” erangnya. Bibirnya menekan kuat bibirku, dan dia
tiba-tiba kaku, meskipun sekujur tubuhnya hingga kaki terus bergetar. Miles
melepaskan bibir dariku dan mengembuskan napas kuat-kuat, lalu menjatuhkan dahi
ke sisi kepalaku. “Berengsek,” katanya lagi, masih dengan tubuh menegang, masih
bergetar, dan masih menghunjamku.
Begitu Miles menarik diri, bibirnya menempel di leherku,
terus turun hingga menemukan dadaku. Dia mengecup
singkat dadaku, lalu bibirnya kembali naik ke bibirku. “Aku
ingin mencicipimu,” katanya. “Boleh?”
Aku mengangguk.
Aku mengangguk kuat-kuat.
Miles turun dari ranjang, membuang pengaman, lalu kembali ke
sebelahku. Selama itu aku terus memperhatikannya, karena meskipun Miles tak
ingin tahu kapan terakhir kali aku tidur dengan laki-laki lain sudah hampir
setahun berlalu sejak terakhir kali aku melakukan ini. Tentu saja itu tidak
sebanding dengan enam tahun masa puasa Miles, tapi bagiku cukup lama sehingga
aku tidak ingin melewatkan pemandangan ini dengan memejamkan mata. Terlebih
sekarang, setelah aku bebas memperhatikan tanpa perlu merasa malu karena tidak
bisa mengalihkan tatapan.
Miles mengamati tubuhku dengan kekaguman yang sama besar
ketika tangannya merayap di perutku, lalu turun hingga tiba di pahaku. Dia
menggeser kakiku sambil terang-terangan memperhatikan dengan terpukau hingga
aku terpaksa tetap membuka mata supaya bisa menatap dirinya memandangi tubuhku.
Hanya melihat reaksi yang kubangkitkan pada Miles sudah cukup untuk
membangkitkan gairahku tanpa dia harus menyentuhku.
Aku merintih dan menjatuhkan tangan ke ranjang di atas kepala
sambil memejam saat dia menyentuhku.
Dalam hati aku berharap Miles jangan berhenti. Aku tak ingin
dia berhenti.
Bibir Miles menemukan bibirku, dan dia menciumku dengan
lembut. Gerakan bibirnya bertolak belakang dengan tekanan jema………..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 13.5 Novel Romantis WajahBuruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 13.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"