Bab 15.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas .
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah
film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di
masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua
sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles
6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 15.2
Miles berjalan ke depanku dan membuka pintu untuk mempersilakanku
masuk lebih dulu. Pramuniaga berjalan menyongsong Miles sebelum pintu menutup
di belakangnya. Perempuan itu bertanya apa dia bisa membantu kami. Miles
menunjuk jendela. “Saya menginginkan gorden itu. Keempatnya. Juga karpetnya.”
Pramuniaga itu tersenyum dan memberi kami isyarat agar
mengikutinya. “Berapa lebar dan panjang yang Anda inginkan?” Miles mengeluarkan
ponsel dan membacakan ukuran yang dia catat kepada perempuan itu. Pramuniaga
membantu Miles memilih rel gorden, setelah itu permisi pada kami untuk pergi
beberapa menit. Dia kembali berjalan ke belakang toko dan meninggalkan kami di
dekat mesin kasir. Aku memandang berkeliling, mendadak merasakan desakan yang
semakin kuat untuk memilih dekorasi apartemenku sendiri. Aku berencana tinggal
bersama Corbin hanya dua bulan lagi, tapi takkan menyakitkan jika aku memiliki
gagasan tentang apa saja yang kuinginkan untuk tempat tinggalku nanti, ketika
akhirnya aku keluar dari apartemen Corbin. Semoga ketika hari itu tiba aku
mendapatkan kemudahan berbelanja semudah acara belanja untuk Miles saat ini.
“Aku belum pernah melihat orang berbelanja secepat ini,”
kataku pada Miles.
“Kau kecewa?”
Aku buru-buru menggeleng. Jika ada satu hal yang tidak mahir
kulakukan sebagai perempuan, jawabannya adalah berbelanja. Aku justru lega
acara berbelanja Miles berlangsung sangat singkat.
“Apa menurutmu sebaiknya aku melihat-lihat lebih lama?”
tanya Miles. Dia bersandar di konter sambil mengamatiku. Aku suka cara Miles
menatapku seolah aku benda paling menarik di toko ini.
“Jika kau menyukai pilihanmu tadi, aku takkan mencari lagi, Kau
pasti tahu jika sesuatu tepat untukmu.”
Aku membalas tatapan Miles, dan begitu tatapan kami bertemu,
bibirku kering. Miles memusatkan perhatian padaku,
ekspresi wajahnya yang serius membuatku tidak tenang, gugup,
tertarik semua menjadi satu. Miles mendorong tubuh dari konter dan maju
selangkah ke arahku.
“Kemari.” Jemari Miles turun dan menaut jemariku, lalu dia
menarikku ke belakangnya.
Denyut nadiku menggila. Ini menyedihkan, sungguh Itu hanya
jemari, Tate. Jangan biarkan jemari membuatmu segugup ini. Miles terus berjalan
hingga tiba di sekat berkaki tiga dari kayu, sisi luarnya dihiasi tulisan dari
wilayah Asia. Lembaran sekat seperti ini biasanya dipajang orang di pojok kamar
tidur. Aku tak pernah mengerti untuk apa sekat itu. Ibuku memiliki satu partisi
seperti ini, dan aku meragukan ibuku pernah satu kali saja masuk ke balik
partisi itu untuk berganti pakaian.
“Kau sedang apa?” tanyaku pada Miles.
Miles berbalik menghadapku, masih memegang tanganku. Dia
tersenyum lebar dan berjalan ke balik partisi sambil menarikku, sehingga kami
tersembunyi dari semua bagian toko. Aku tak bisa menahan tawa karena merasa
kami seperti murid SMA yang bersembunyi dari guru.
Miles memalangkan jemari di bibirku. “Sstt,” bisiknya, tersenyum
sambil menatap bibirku.
Aku langsung berhenti tertawa, tapi bukan karena menganggap
situasi ini tidak lucu lagi. Aku berhenti tertawa karena begitu jemari Miles
menekan bibirku, aku lupa cara tertawa.
Aku lupa segalanya, Saat ini, aku hanya bisa fokus pada satu
hal, jemari Miles yang dengan lembut meluncur menuruni bibir dan daguku.
Tatapannya mengikuti gerakan ujung jemarinya, dengan lembut menyusuri leherku,
terus ke dadaku, turun dan terus turun hingga perutku.
Satu jemari Miles terasa seperti menyentuhku dengan sensasi
seribu jemari. Paru-paruku dan kegagalannya berfungsi menjadi tanda.
Tatapan Miles masih terfokus pada jemarinya ketika jemari
itu berhenti di pinggiran atas jinsku, di atas kancing. Jemari Miles belum
melakukan kontak dengan kulitku, tapi takkan ada yang tahu jika menilai dari
respons nadiku yang berubah cepat. Seluruh tangan Miles ikut bekerja ketika dia
dengan ringan membelai perutku dari permukaan atas kaus hingga tangannya
menyentuh pinggangku. Miles memegang pinggulku dengan dua tangan dan menarikku
ke depan, merapatkanku ke tubuhnya.
Miles memejam sesaat. Ketika dia membuka mata lagi, tatapannya
tidak ke bawah. Sekarang dia menatap lurus ke mataku.
“Aku sudah ingin menciummu sejak kau masuk dari pintuku hari
ini,” katanya.
Pengakuan Miles membuatku tersenyum. “Kau memiliki tingkat
kesabaran yang mengagumkan.”
Tangan kanan Miles meninggalkan pinggulku, dia mengangkat
tangan itu ke sisi kepalaku, menyentuh rambutku selembut mungkin. Lalu dia mulai
menggeleng-geleng lambat tanda tidak sependapat.
“Jika aku memiliki tingkat kesabaran yang mengagumkan, kau
takkan bersamaku saat ini.”
Aku mengunci kalimat itu dan mencoba memahami makna………(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 15.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk " Bab 15.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"