Bab 15 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas .
Novel ini dapat membuat guncangan
emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat
pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di
angkat menjadi sebuah film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut
pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun
yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang
terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di
masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 15
Bab 15 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
LIMA BELAS
TATE
Miles: Kau sibuk?
Aku: Selalu sibuk. Ada apa?
Miles: Aku butuh bantuanmu. Tidak lama.
Aku: Aku ke sana lima menit lagi.
Aku seharusnya menyebutkan sepuluh menit bukannya lima,
karena hari ini aku belum mandi. Setelah sepuluh jam kerja sif kemarin malam,
aku yakin aku butuh mandi. Jika aku tahu Miles di rumah, mandi pasti menjadi
prioritas teratasku, tapi ku- pikir dia baru pulang besok.
Aku mengikat rambut menjadi sanggul longgar dan mengganti
celana piama dengan jins. Sekarang belum tengah hari, tapi aku malu mengakui
aku masih di ranjang.
Miles berseru menyuruhku masuk setelah aku mengetuk pintu
apartemennya, jadi aku mendorong pintu. Miles berdiri di kursi dekat jendela
ruang tamu. Miles menurunkan tatapan padaku, lalu mengangguk ke kursi lain.
“Angkat kursi itu dan geser ke sana,” kata Miles sambil
menunjuk titik sejauh beberapa langkah darinya. “Aku ingin mengukur ini, tapi
aku tak pernah membeli gorden. Aku tidak tahu apakah harus mengukur berikut
bingkai luar jendela atau jendelanya saja.”
Well, aku pasti sudah sinting. Miles ingin membeli gorden.
Aku menggeser kursi yang ditunjuk Miles ke sisi lain jendela,
lalu menaiki kursi itu. Miles mengoper satu ujung meteran
padaku dan mulai menariknya.
“Tergantung gorden seperti apa yang kauinginkan, kalau aku,
aku akan mengukur keduanya,” saranku.
Hari ini Miles kembali mengenakan pakaian santai, jins dipadu
kaus biru tua. Dengan cara tertentu, warna biru tua kausnya membuat warna
matanya tak lagi terlalu biru, melainkan terlihat bening. Hampir seperti tembus
pandang, meskipun aku tahu itu tidak mungkin. Mata Miles memancarkan segala
hal, kecuali tembus pandang, karena tembok yang dia bangun di balik mata itu.
Miles mencatat angka hasil pengukuran ke ponsel, setelah itu
kami melakukan pengukuran kedua. Setelah dia memasukkan kedua hasil pengukuran
ke ponsel, kami turun dan mendorong kursi ke kolong meja.
“Bagaimana dengan karpetnya?” tanya Miles sambil menatap
lantai di bawah meja. “Apa menurutmu aku perlu beli karpet?”
Aku mengedikkan bahu. “Tergantung apa yang kausuka.”
Miles mengangguk lambat-lambat, masih menatap lantainya yang
polos.
“Aku tidak tahu lagi apa yang kusuka,” kata Miles pelan. Dia
melempar meteran ke sofa, lalu menatapku. “Kau mau ikut?”
Aku menahan diri supaya tidak mengangguk seketika. “Ke
mana?”
Miles menyibak rambut yang menutupi dahi dan mengambil jaket
yang tersampir di sandaran sofa. “Ke tempat orang membeli gorden.”
Aku seharusnya menjawab tidak. Memilih gorden adalah kegiatan
yang dilakukan pasangan kekasih. Memilih gorden adalah kegiatan yang dilakukan
bersama teman. Memilih gorden bukan sesuatu yang seharusnya dilakukan Miles dan
Tate jika mereka ingin memegang teguh aturan, tapi tentu saja, aku yakin, aku
sudah pasti tidak ingin melakukan kegiatan lain.
Aku mengedikkan bahu supaya jawabanku terdengar lebih santai
daripada yang kuniatkan. “Tentu. Aku mengunci pintu dulu.”
• • •
“Apa warna kesukaanmu?” tanyaku pada Miles setelah kami di
lift. Aku mencoba berfokus pada tugas di depan mata, tapi aku tidak bisa
menyangkal hasratku agar Miles menyentuhku Dengan ciuman, pelukan... apa saja.
Nyatanya, saat ini kami berdiri berseberangan. Kami tidak saling menyentuh sejak
tidur bareng untuk pertama kalinya. Kami bahkan belum berbicara atau saling
mengirim SMS sejak saat itu.
“Hitam?” tanya Miles, sangsi pada jawabannya sendiri. “Aku
suka hitam.”
Aku menggeleng-geleng. “Orang tidak menghias rumah dengan
gorden hitam. Kau butuh warna. Mungkin warna yang mendekati hitam tapi bukan
hitam.”
“Biru dongker?” tanya Miles. Aku menyadari matanya tidak
lagi berfokus ke mataku. Matanya perlahan bergulir dari leherku turun ke
kakiku. Di setiap tempat yang menjadi fokus tatapan Miles, aku bisa
merasakannya.
“Biru dongker mungkin bagus,” sahutku pelan. Aku cukup yakin
percakapan ini terjadi hanya supaya ada percakapan. Dari cara Miles menatapku,
aku tahu saat ini tidak satu pun dari kami yang memikirkan tentang warna,
gorden, atau karpet.
“Apa kau harus bekerja malam ini, Tate?”
Aku mengangguk. Aku suka Miles memikirkan tentang malam ini,
dan aku suka cara Miles mengakhiri sebagian pertanyaannya dengan namaku. Aku
suka cara Miles mengucapkan namaku. Aku harus meminta Miles menyebut namaku
setiap kali dia berbicara padaku. “Aku tidak harus bekerja sebelum pukul
22.00.”
Lift tiba di lantai dasar, dan kami melangkah ke pintu saat……….(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 15.1 Novel Romantis WajahBuruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 15 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"