Bab 15.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas .
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah
film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di
masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua
sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles
6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 15.4
Bab 15.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
Miles menyuruhku pulang begitu kami tiba di apartemen. Katanya,
dia tidak ingin aku melihat apartemennya hingga semua selesai didekorasi, dan
itu bagus, karena banyak pekerjaan rumah yang harus kurampungkan. Aku sungguh
tak punya waktu yang bisa disisihkan dari jadwalku untuk memasang gorden, jadi
aku menghargai Miles tidak membutuhkan bantuanku.
Miles kelihatan agak gembira karena memasang gorden baru, Segembira
yang bisa diperlihatkan seorang Miles.
Sekarang sudah beberapa jam berlalu. Aku harus masuk kerja
kurang dari tiga jam lagi, dan begitu hatiku bertanya-tanya apakah Miles akan
menyuruhku datang ke apartemennya, aku menerima SMS-nya.
Miles: Kau sudah makan?
Aku: Sudah.
Aku tiba-tiba kecewa karena sudah makan malam. Tetapi, aku
penat menunggu Miles, apalagi dia tidak pernah mengatakan apa pun tentang makan
malam.
Aku: Corbin membuat meat loaf kemarin malam sebelum
berangkat. Kau ingin aku membawakan sepiring untukmu?
Miles: Dengan senang hati. Aku kelaparan. Datang sekarang
dan lihatlah.
Aku mengambil sepiring meat loaf untuk Miles dan membungkusnya
dengan aluminium foil sebelum berjalan ke lorong. Miles membuka pintu sebelum
aku mengetuk. Dia mengambil piring dari tanganku. “Tunggu di sini,” katanya.
Miles masuk lagi ke apartemen dan kembali beberapa detik kemudian tanpa piring
tadi. “Siap?”
Aku tidak tahu bagaimana aku tahu Miles gembira, sebab dia
tidak tersenyum. Meskipun begitu, aku bisa mendengar kegembiraan dalam
suaranya. Ada perubahan kecil, dan itu membuatku tersenyum ketika mengetahui
hal sesederhana memasang gorden baru membuat Miles senang. Aku tak tahu
sebabnya, tapi sepertinya tidak banyak hal dalam hidup Miles yang membuatnya
senang, jadi aku senang memasang gorden bisa memicu hal itu.
Miles membuka pintu lebar-lebar, dan aku masuk beberapa
langkah ke apartemen. Gorden sudah terpasang, dan meskipun itu hanya perubahan
kecil, tapi terasa besar. Mengetahui Miles empat tahun tinggal di apartemen ini
dan baru sekarang memasang gorden membuat seluruh apartemen mendapatkan
sentuhan berbeda.
“Pilihanmu bagus,” kataku pada Miles, sambil mengagumi
betapa serasi gorden itu dengan secuil gambaran yang kuketahui tentang
kepribadiannya.
Aku menurunkan tatapan ke karpet, dan Miles bisa melihat
keheranan yang melintas di wajahku.
“Aku tahu karpet itu seharusnya dihamparkan di bawah meja,”
kata Miles yang ikut menatap. “Nanti akan begitu.”
Karpet terpasang di tempat yang janggal. Bukan di tengah ruangan
atau di depan sofa. Aku bingung untuk apa Miles menaruh karpet di sini jika dia
tahu tempat yang paling pas untuk karpet ini. “Aku meletakkan di sini karena
aku berharap kita bisa ’membaptisnya’ dulu.”
Aku menaikkan tatapan pada Miles dan melihat ekspresi
berharap yang menggemaskan di wajahnya. Pemandangan itu
membuatku tersenyum. “Aku suka gagasan itu,” kataku sambil
menurunkan tatapan ke karpet.
Jeda panjang berseliweran di antara kami. Aku tidak tahu
pasti apakah Miles ingin “membaptis” karpet ini sekarang juga, atau apakah dia
ingin makan dulu. Aku tidak keberatan apa pun pilihannya. Asalkan rencana itu
sesuai dengan jatah waktuku yang kurang dari tiga jam lagi.
Kami masih memandangi karpet ketika Miles berbicara lagi.
“Aku makan nanti saja,” katanya, menjawab pertanyaan tak terucap yang melintas
di kepalaku.
Miles melepaskan kaus, aku menendang sepatuku hingga lepas, dan sisa pakaian kami berbaur di tempat yang sama, di dekat karpet……….(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 16 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 15.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"