Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 17.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah film layar lebar.

Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.

Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 17.1 

Bab 17.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Meskipun aku ingin percaya pujian Miles tulus, aku mengernyit saat memandang seragam rumah sakit yang sudah kupakai selama dua belas jam berturut-turut itu. “Aku hanya mengenakan pakaian Minnie Mouse.”

Miles kembali mendekatkan tubuh padaku hingga bahu kami bersentuhan. “Sejak dulu aku sedikit naksir pada Minnie Mouse,” katanya pelan.

Corbin berbalik, jadi aku cepat-cepat melenyapkan seringai di wajahku. “Bilik atau meja?”

Miles dan aku sama-sama mengedikkan bahu. “Terserah,” sahut Miles pada Corbin.

Ian kembali dari kamar mandi bersamaan dengan penerima tamu membawa kami ke meja kami. Corbin dan Ian berjalan di depan, Miles menyusul dekat di belakangku. Sangat dekat. Tangan Miles memegang pinggangku saat dia membungkukkan wajah ke telingaku dari belakang. “Aku juga agak naksir pada perawat,” bisiknya.

Aku mengangkat bahu untuk menggosok telinga yang baru menerima bisikan pengakuan Miles, karena sekarang tengkukku merinding. Miles melepas pinggangku dan merenggangkan jarak antara kami setelah kami tiba di bilik. Corbin dan Ian bergeser ke kiri dan kanan bilik. Miles duduk di sebelah Ian, jadi aku duduk di sebelah Corbin, tepat di seberang Miles.

Miles dan aku sama-sama memesan soda, Ian dan Corbin memesan bir. Minuman yang dipilih Miles menjadi satu hal lagi yang menarik untuk direnungkan dari dirinya. Beberapa minggu lalu, Miles mengakui dia tidak biasa minum minuman keras, tapi mengingat kondisinya mabuk berat pada malam pertama aku bertemu dia, aku membayangkan paling tidak Miles akan minum sebotol bir malam ini. Dia memiliki alasan kuat untuk merayakan pencapaiannya. Ketika minuman kami diantarkan ke meja, Ian mengangkat gelas. “Untuk membuat Miles malu karena tidak pamer,” katanya.

“Lagi,” imbuh Corbin.

“Untuk jam bekerja yang dua kali lebih panjang daripada kalian,” kata Miles dengan gaya pura-pura membela diri.

“Corbin dan aku punya waktu untuk 53ks di sela jam lembur kami,” balas Ian.

Corbin menggeleng-geleng. “Tidak boleh membahas kehidupan 53ks di depan adikku.”

“Kenapa tidak?” aku angkat bicara. “Jangan dikira aku tidak memperhatikan saat kau kelayapan malam-malam, meninggalkan apartemen ketika tidak bertugas.”

Corbin mengerang. “Aku serius. Ganti topik.”

Aku mengabulkan permintaan Corbin dengan senang hati. “Sudah berapa lama kalian bertiga saling kenal?” Aku tidak menujukan pertanyaan itu pada orang tertentu, tapi aku hanya ingin mendengar jawaban yang di dalamnya melibatkan Miles.

“Miles dan aku mengenal kakakmu sejak bertemu dia di sekolah penerbangan beberapa tahun lalu. Aku sendiri mengenal Miles sejak umur sembilan atau sepuluh tahun,” jelas Ian.

“Kita sebelas tahun,” ralat Miles. “Kita bertemu saat kelas lima.”

Aku tidak tahu apakah percakapan ini melanggar aturan nomor satu tentang tidak boleh menanyakan tentang masa lalu, tapi Miles sepertinya tidak senang membicarakan topik itu.

Pramusaji membawakan keranjang berisi roti gratis untuk kami, tapi belum satu pun dari kami yang membuka daftar menu, jadi pramusaji itu pun berkata akan datang lagi untuk mencatat pesanan kami.

“Aku masih tidak percaya kau bukan gay,” kata Corbin pada Miles, lagi-lagi mengubah topik pembicaraan sambil membuka menu.

Miles memandang Corbin dari atas menu. “Kupikir kita tidak membicarakan kehidupan 53ks.”

“Bukan begitu,” bantah Corbin. “Aku bilang kita tidak membicarakan kehidupan 53ksku. Lagi pula, kau tidak punya kehidupan 5eks untuk didiskusikan.” Corbin meletakkan daftar menu di meja dan langsung mencecar Miles. ”Tapi, serius. Kenapa kau tidak pernah berkencan?”

Miles mengedkkan bahu, dia lebih tertarik pada minuman di antara tangannya daripada beradu tatapan dengan kakakku. “Menjalin hubungan tidak memberikan hasil akhir yang sepadan bagiku.” Sesuatu di dalam hatiku retak, dan aku mulai khawatir satu dari tiga laki-laki ini mungkin saja mendengar bunyi hatiku hancur di

tengah kesunyian yang melingkupi. Corbin bersandar di kursi. “Gawat. Perempuan itu pasti sangat berkesan.”

Mataku tahu-tahu seperti melekat pada Miles, menunggu reaksi yang mungkin akan menyingkap tentang masa lalunya. Miles menggeleng-geleng samar, mengenyahkan asumsi Corbin tanpa berkata-kata. Ian berdeham lembut, ekspresinya berubah ketika senyum yang biasa melekat di wajahnya sirna. Dari reaksinya kentara apa pun masalah Miles di masa lalu, Ian jelas tahu. Ian duduk tegak di kursi sambil mengangkat gelas, memasang senyum terpaksa di bibir.

 “Miles tidak punya waktu untuk gadis- gadis. Dia terlalu sibuk memecahkan rekor perusahaan dengan menjadi pilot termuda yang pernah dimiliki maskapai kita.” Kami menyambut interupsi Ian dan ikut mengangkat gelas.

Kami saling membenturkan gelas, lalu masing-masing menenggak minuman……….(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 17.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Posting Komentar untuk "Bab 17.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"