Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 17.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah film layar lebar.

Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.

Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 17.2 

Bab 17.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta 

menjadi pilot termuda yang pernah dimiliki maskapai kita.” Kami menyambut interupsi Ian dan ikut mengangkat gelas.

Kami saling membenturkan gelas, lalu masing-masing menenggak minuman.

Ekspresi berterima kasih yang ditunjukkan Miles ke arah Ian tidak luput dari pengamatanku, meskipun Corbin sepertinya tidak tahu-menahu. Sekarang aku semakin penasaran pada Miles. Juga merasakan keprihatinan yang sama besarnya di dalam kepalaku, karena semakin sering aku menghabiskan waktu bersama Miles, semakin aku ingin tahu segala sesuatu yang bisa kuketahui tentang dirinya.

“Kita harus merayakannya,” kata Corbin.

Miles menurunkan menu yang dia pegang. “Kupikir itu yang kita lakukan.”

“Maksudku, setelah ini. Kita jalan-jalan malam ini. Kita perlu mencari perempuan demi mengakhiri mantra kesendirianmu,” usul Corbin.

Aku hampir menyemburkan minuman, untung aku mampu menahan tawa. Miles menyadari reaksiku dan kakinya menyenggol pergelangan kakiku di kolong meja. Tetapi, setelah itu dia membiarkan kakinya di sebelah kakiku.

“Aku tidak apa-apa,” kata Miles. “Lagi pula, pilot butuh istirahat.”

Semua huruf di daftar menu mulai mengabur seiring pikiranku menggantikan huruf-huruf di sana dengan kata-kata seperti mengakhiri, kesendirian, dan istirahat.

Ian menatap Corbin dan mengangguk. “Aku ikut. Biarkan pilot pulang ke apartemennya dan tidur karena mabuk cola.”

Miles memakuku dengan tatapan dan sedikit mengubah posisi duduk sehingga lutut kami bersentuhan. Kakinya mengait bagian belakang pergelangan kakiku. “Tidur kedengarannya menyenangkan,” komentar Miles.

Dia mengalihkan tatapan dariku ke menu di depannya. “Kalau begitu, ayo cepat memesan supaya aku bisa pulang ke apartemenku dan tidur. Aku merasa seperti tidak tidur sembilan hari, dan sejak tadi hanya tidur yang kupikirkan.”

Pipiku seperti terbakar, diikuti beberapa bagian tubuhku yang lainnya.

“Bahkan sebenarnya aku merasakan desakan untuk tidur sekarang juga,” lanjut Miles. Dia menaikkan tatapan ke mataku. “Di meja ini.”

Sekarang suhu di sekujur tubuhku menjadi sama panasnya dengan pipiku.

“Astaga, kau sungguh payah,” kata Corbin sambil tertawa. “Seharusnya tadi kami membawa Dillon saja.”

“Tidak, kita tidak seharusnya mengajak Dillon,” Ian buru- buru berkata sambil memutar bola mata dengan gaya berlebihan. “Ada masalah apa dengan Dillon?” tanyaku. “Kenapa kalian membenci dia?”

Corbin mengedikkan bahu. “Kami bukan membenci Dillon. Kami hanya tidak tahan menghadapinya, dan kami tidak menyadari itu hingga setelah kami mengundang dia menonton pertandingan. Dia bajingan.” Corbin memandangku dengan tatapan yang sangat familier. “Dan aku tidak ingin kau berduaan saja dengannya. Menikah ternyata tidak mengubah sifatnya yang bajingan.”

Nah, itu dia kasih sayang posesif khas seorang kakak yang kurindukan selama beberapa tahun ini.

“Apa dia berbahaya?”

“Tidak,” sahut Corbin. “Aku hanya tahu bagaimana cara Dillon memperlakukan pernikahannya, dan aku tidak ingin kau terlibat dengan itu. Tapi aku sudah bicara terus terang pada Dillon bahwa kau terlarang untuknya.”

Aku tertawa mendengar penjelasan Corbin yang tidak masuk akal. “Umurku 23, Corbin. Kau bisa berhenti bersikap seperti seorang ayah sekarang.”

Corbin mengerutkan wajah, dan sedetik lamanya dia kelihatan mirip ayah kami. “Enak saja,” geram Corbin. “Kau adikku. Aku memiliki standar untukmu, dan Dillon tidak mendekati satu pun standar yang kutetapkan.”

Corbin ternyata tidak berubah sedikit pun. Betapa pun menyebalkannya Corbin saat SMA, dan sekarang pun masih seperti itu, aku suka dia menginginkan yang terbaik untukku. Aku hanya takut “yang terbaik untukku” menurut Corbin ternyata tidak ada.

“Corbin, takkan ada laki-laki yang bisa memenuhi, bahkan mendekati pun tidak, standar yang kautetapkan untukku.”

Corbin mengangguk, merasa sepenuhnya berhak. “Benar sekali.”

Karena Corbin sudah memperingatkan Dillon supaya tidak mendekatiku, aku penasaran apakah dia juga melarang Miles dan Ian mendekatiku. Kalau dipikir lagi, Corbin sempat mengira Miles gay, jadi bisa saja dia tidak melihat kemungkinan itu ada.

Aku penasaran apakah Miles akan memenuhi standar yang ditetapkan Corbin……..(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 17.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Posting Komentar untuk "Bab 17.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"