Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 17.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah film layar lebar.

Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.

Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 17.3 

Bab 17.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta 

Aku penasaran apakah Miles akan memenuhi standar yang ditetapkan Corbin.

Mataku sangat ingin menatap Miles sekarang, tapi aku takut reaksiku terlalu kentara. Sebagai gantinya, aku menyunggingkan senyum terpaksa dan menggeleng-geleng.

 “Kenapa bukan aku yang lahir duluan?”

“Takkan ada bedanya,” balas Corbin.

Ian tersenyum pada pramusaji dan memberi isyarat meminta tagihan. “Malam ini aku yang traktir.” Dia meletakkan uang tunai yang cukup untuk membayar tagihan kami berikut tip untuk pramusaji, lalu kami semua berdiri dan meregangkan tubuh.

“Nah, tujuan masing-masing ke mana?” tanya Miles.

“Bar,” Corbin langsung menyahut, menyampaikan jawabannya dengan tiba-tiba seolah akan berburu mangsa.

“Aku baru saja kerja sif dua belas jam,” kataku. “Aku capek banget.”

“Kau keberatan jika aku menumpang mobilmu?” tanya Miles ketika kami semua berjalan keluar restoran. “Rasanya aku tidak ingin ke mana-mana malam ini. Aku hanya ingin tidur.”

Aku suka Miles yang tidak menyamarkan penekanan kata tidur di depan Corbin. Seolah Miles ingin memastikan aku tahu bahwa dia tidak sungguh-sungguh berniat tidur.

“Yeah, mobilku kutinggal di rumah sakit,” kataku sambil menunjuk ke arah yang kusebutkan.

“Baiklah, kalau begitu,” kata Corbin sambil menautkan jemari. “Kalian orang-orang payah, sana pergi tidur saja. Aku dan Ian akan pergi lagi.” Corbin berbalik, lalu dia dan Ian tidak membuang waktu dan langsung berjalan ke arah lain. Corbin membalik tubuh, menjajari Ian dengan berjalan mundur. “Kami akan minum untuk menghormatimu, El Capitán!”

Miles dan aku belum bergerak, kami terkurung lingkaran cahaya yang melimpah ke bawah dari lampu jalan saat memandangi dua orang itu pergi. Aku menurunkan tatapan ke trotoar di bawah kaki kami dan menggeser sepatu ke tepi lingkaran cahaya, memperhatikan bagian itu lenyap ditelan kegelapan. Aku mendongak ke lampu jalan, dalam hati bertanya mengapa lampu itu menyinari kami dengan cahaya begitu terang.

“Rasanya kita seperti di panggung,” kataku, masih mendongak ke lampu.

Miles ikut mendongak dan mengamati pencahayaan yang ganjil. “The English Patient,” kata Miles. Aku melemparkan tatapan bertanya. Miles memberi isyarat pada lampu jalan di atas kami. “Jika ini di panggung, kemungkinan kita bermain The English Patient.” Miles menjentikkan jemari berganti-ganti antara kami. “Kita berpakaian sesuai peran. Perawat dan pilot.”

Aku merenungkan kata-kata Miles, mungkin dengan agak terlalu serius. Aku tahu Miles mengatakan dia berperan sebagai pilot, tapi jika benar ini panggung tempat The English Patient digarap, kurasa Miles lebih cocok menjadi tentara daripada pilot. Tokoh yang biasa tidur dengan perawat adalah tentara. Bukan pilot.

Tetapi, tokoh yang memiliki masa lalu rahasia adalah pilot... “Film itu alasan aku menjadi perawat,” kataku, sambil menatap Miles dengan ekspresi datar.

Miles kembali menyusupkan tangan ke saku, lalu mengalihkan tatapan dari lampu padaku. “Sungguh?”

Tawaku terlepas. “Tidak.” Miles tersenyum.

Kami sama-sama berbalik untuk berjalan kembali ke rumah sakit. Tanpa sadar aku menggunakan kesyahduan percakapan kami untuk merangkai puisi superjelek di kepalaku.

Miles tersenyum

Bukan untuk siapa pun Miles hanya tersenyum Untukku

“Kenapa kau tersenyum?” tanyanya.

Karena aku membacakan puisi memalukan ala puisi anak kelas tiga SD yang bercerita tentangmu. Aku merapatkan bibir, mengusir paksa senyumku. Setelah yakin senyumku sirna, aku menjawab Miles. “Hanya berpikir betapa lelahnya aku. Aku tidak sabar menantikan...,” aku mengalihkan tatapan pada Miles, “tidur malam ini.”

Sekarang gantian Miles yang tersenyum. “Aku mengerti maksudmu. Aku tidak menyangka aku akan pernah merasa selelah ini. Aku mungkin saja tertidur begitu kita masuk mobilmu.”

Menyenangkan sekali. Aku tersenyum, tapi memutuskan menghentikan percakapan sarat makna kiasan itu. Hari ini melelahkan, dan aku sungguh- sungguh penat. Kami berjalan tanpa berbicara lagi, dan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan tangan Miles yang tetap dimasukkan ke saku jaket, seolah melindungiku dari……….(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 17.4 Novel Romantis WajahBuruk Cinta

Posting Komentar untuk "Bab 17.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"