Bab 17.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan
emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat
pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di
angkat menjadi sebuah film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut
pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun
yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang
terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di
masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 17.4
Bab 17.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
Aku tersenyum, tapi memutuskan menghentikan percakapan sarat
makna kiasan itu. Hari ini melelahkan, dan aku sungguh- sungguh penat. Kami
berjalan tanpa berbicara lagi, dan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak
memperhatikan tangan Miles yang tetap dimasukkan ke saku jaket, seolah
melindungiku dari tangannya. Atau mungkin juga Miles melindungi tangannya dariku.
Kami tinggal satu blok dari parkiran mobil ketika Miles melambatkan
langkah, lalu berhenti sama sekali. Tentu saja aku ikut berhenti berjalan dan
berbalik untuk melihat apa yang menyita perhatian Miles. Miles mendongak ke
langit, dan mataku tertuju ke bekas luka di sepanjang rahangnya. Aku ingin
bertanya tentang bekas luka itu padanya. Aku ingin bertanya tentang segala
sesuatu padanya. Aku ingin mengajukan banyak sekali pertanyaan, dimulai dengan
kapan ulang tahunnya, setelah itu seperti apa ciuman pertamanya. Setelah itu,
aku ingin bertanya tentang orangtuanya, masa kecilnya, dan cinta pertamanya.
Aku ingin bertanya tentang Rachel. Aku ingin tahu apa yang
terjadi pada mereka dan mengapa apa pun yang terjadi itu menyebabkan Miles
ingin menghindari segala bentuk kedekatan selama lebih dari enam tahun.
Di atas segalanya, aku paling ingin menanyakan ada apa dalam
diriku yang mengakhiri keputusan Miles untuk menyendiri. “Miles,” panggilku,
semua pertanyaan tadi berlomba-lomba
melesat dari ujung lidahku.
“Aku merasakan tetesan hujan,” katanya.
Sebelum jawaban itu terucap dari bibir Miles, aku juga sudah
merasakannya. Sekarang kami sama-sama mendongak ke langit, dan aku menelan
semua pertanyaan tadi bersama gumpalan yang menyekat kerongkonganku. Butiran
hujan jatuh semakin cepat, tapi kami masih berdiri dengan wajah menghadap
langit. Tetesan acak berubah menjadi rinai seragam, lalu rinai itu berubah menjadi
hujan deras, tapi tidak satu pun dari kami yang bergerak. Tidak satu pun dari
kami yang berlari sekencang-kencangnya ke mobil. Hujan mengaliri kulitku,
menuruni leher, merembes ke rambut, dan membasahi blusku. Wajahku masih
mendongak ke langit, tapi sekarang mataku terpejam.
Di dunia ini tak ada yang bisa menandingi rasa dan aroma
hujan yang baru turun, Begitu pikiran itu melintasi benakku, sepasang tangan
hangat menangkup pipiku dan merayap ke tengkukku, merenggut kekuatan lututku
dan udara dari paru-paruku. Tinggi Miles yang menjulang menudungi sebagian
besar tubuhku dari guyuran hujan, tapi aku terus memejamkan mata dan
mendongakkan wajah ke langit. Bibir Miles dengan lembut menyentuh bibirku,
tanpa sadar aku membandingkan rasa dan aroma hujan yang baru turun.
Ciuman Miles jauh, jauh lebih indah.
Bibir Miles basah karena hujan, dan sedikit dingin, tapi dia
mengimbangi dingin itu dengan belaian hangat lidahnya di lidahku. Guyuran
hujan, kegelapan yang menyelubungi kami, dan dicium seperti ini menghadirkan
perasaan seolah kami benar- benar di panggung dan kisah kami baru mencapai puncaknya.
Rasanya jantung, perut, dan jiwaku berlomba sekuat tenaga untuk keluar dari
tubuhku dan masuk ke tubuh Miles. Jika keseluruhan 23 tahun hidupku dipetakan
ke grafik, momen ini pasti menjadi puncak kurva yang paling tinggi.
Aku seharusnya sedikit sedih dan kecewa karena kesadaran
ini. Aku pernah menjalani beberapa hubungan asmara serius di masa lalu, tapi
tidak bisa mengingat satu ciuman pun dengan semua mantanku yang rasanya seindah
ini. Fakta bahwa aku tidak berpacaran dengan Miles tapi bisa memiliki perasaan
sekuat ini padanya seharusnya memberitahuku sesuatu, tapi aku terlalu
mencurahkan emosi pada bibir Miles untuk menelaah pikiran itu.
Hujan menjadi semakin deras, tapi sepertinya tak satu pun
dari kami yang terpengaruh. Tangan Miles turun ke punggung bawahku, aku meremas
kausnya, menariknya lebih rapat. Bibir Miles pas di bibirku seolah kami dua
kepingan dari puzzle yang sama.
Satu-satunya yang mungkin mampu memisahkan aku dari Miles
saat ini adalah sambaran petir.
Atau hujan yang sangat deras sehingga aku tidak bisa bernapas.
Pakaianku menempel rapat ke bagian-bagian tubuh yang aku tidak tahu bisa
dilekati pakaian. Rambutku sekarang penuh air sehingga tak bisa lagi menyerap
air setetes pun.
Aku mendorong Miles hingga dia melepaskan bibirku, lalu menyurukkan
kepala ke bawah dagunya dan menatap ke bawah supaya aku bisa bernapas tanpa
gelagapan. Miles memeluk bahuku dan menggiringku ke parkiran, sambil menaungi
kepalaku dengan jaketnya. Miles mempercepat langkah, aku mengimbangi langkah
demi langkah hingga kami sama-sama berlari.
Akhirnya kami tiba di mobilku, dan Miles menemaniku ber-
jalan ke sisi pengemudi, masih menaungiku dari guyuran hujan. Setelah aku
masuk, Miles berlari mengitari mobil untuk masuk ke sisi penumpang. Setelah
pintu kami tertutup, kesunyian di dalam mobil semakin memperkuat intensitas
napas kami yang………(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 17.5 Novel Romantis WajahBuruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 17.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"