Bab 17.6 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan
emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat
pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di
angkat menjadi sebuah film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut
pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun
yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang
terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di
masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 17.6
Bab 17.6 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
Aku tersenyum, karena pemikiran yang sama baru melintas di
kepalaku. “Oh, kurasa aku tahu,” sahutku.
Tangan kiri Miles meremas salah satu payudaraku, kemudian
dia mengerang ketika tangan kanannya menyusup masuk cela- naku.
“Lepaskan,” katanya, singkat, sambil menarik karet celana.
Miles tidak perlu menyuruh dua kali. Aku kembali ke jokku
dan menanggalkan sisa pakaianku sambil mengamati Miles me- nurunkan ritsleting
jins.
Tatapannya sepenuhnya tertuju padaku ketika dia merobek
plastik pengaman dengan gigi. Ketika sisa penghalang antara kami hanya jins
Miles yang kancingnya sudah terbuka, aku bergeser mendekat.
Konyolnya, aku sepenuhnya sadar saat ini aku di mobilku, di
parkiran tempat kerjaku, dalam keadaan tanpa busana. Aku tak pernah melakukan
ini sebelumnya. Aku tak pernah serius ingin melakukan hal seperti ini
sebelumnya. Aku senang mengetahui saat ini kami memendam hasrat yang besar pada
satu sama lain, tapi aku juga tahu aku belum pernah merasakan tarikan kimia
seperti ini pada siapa pun.
Aku meletakkan tangan di bahu Miles dan bersiap naik ke
pangkuannya selagi dia memasang pengaman.
“Kendalikan suaramu,” katanya menggoda. “Aku takkan suka
menjadi alasan kau dipecat.”
Aku menoleh sekilas ke jendela, dan masih tidak bisa melihat
ke luar. “Hujannya terlalu deras bagi orang lain untuk bisa mendengar kita,”
kataku. “Lagi pula, terakhir kali suaramu yang lebih keras.”
Miles menepis komentarku dengan tawa singkat dan mulai menciumku
lagi. Tangannya mencengkeram pinggulku, lalu dia menarikku ke arahnya, menyiapkan
dirinya untukku. Biasanya posisi ini pasti membuatku mengerang, tapi aku
tiba-tiba ingin bersikap keras kepala setelah Miles menyinggung tentang
bersuara keras.
“Tidak mungkin suaraku lebih keras,” bantah Miles dengan
bibir masih hanya menyentuh bibirku. “Paling tidak, kedudukan kita seri.”
Aku menggeleng. “Aku tidak percaya ada hasil seri. Seri
hanya dalih lemah untuk orang yang terlalu takut kehilangan.”
Miles menggeser pinggulku dan mengatur posisinya sedemikian
rupa sehingga aku hanya perlu menurunkan tubuh untuk memulai. Tetapi, aku
menolak menurunkan tubuh semata karena aku suka kompetisi dan aku merasa ada
kompetisi yang akan segera dimulai.
Miles mengangkat pinggul, siap memulai. Aku menegangkan kaki
dan mengangkat tubuh sedikit.
Miles tertawa melihat aku bertahan. “Ada apa, Tate? Kau takut?
Kau takut setelah aku masuk kita akan membuktikan siapa yang bersuara lebih
keras?”
Aku melihat binar tantangan di mata Miles. Aku tidak secara
terus terang menerima tantangan Miles untuk membuktikan siapa yang bisa lebih
mengekang suara. Yang kulakukan adalah mempertahankan kontak mata dengan Miles
ketika perlahan menurunkan tubuh. Kami terkesiap serempak, tapi hanya itu suara
yang beredar di antara kami.
Setelah Miles masuk, tangannya pindah ke punggungku dan
menekanku. Suara yang kami keluarkan hanya embusan napas memburu dan suara
terkesiap yang terdengar semakin berat. Hujan deras menampar-nampar jendela,
dan atap mobil menambah pekat kesunyian yang kami rasakan di dalam mobil.
Tenaga yang dibutuhkan untuk menahan suara kami diperkuat
dengan keinginan untuk saling memeluk lebih rapat lagi. Tangan Miles merangkul
pinggangku, memeluk begitu erat hingga aku sulit bergerak. Tanganku memeluk
leher Miles, dan aku memejam. Saat ini kami hampir tidak bergerak karena
berpelukan sangat erat, tapi aku suka. Aku suka ritme kami tetap pelan tapi
terus-menerus, sambil kami sama-sama berfokus menahan erangan yang tersekat di
kerongkongan.
Selama beberapa menit, kami mempertahankan sikap yang sama,
bergerak hanya secukupnya meskipun pada saat yang sama itu hampir tidak cukup.
Aku pikir kami terlalu takut melakukan gerakan tiba-tiba, karena jika terjadi,
kedahsyatannya akan menyebabkan salah satu dari kami lepas kendali.
Satu tangan Miles meluncur turun ke punggung bawahku, dan
satu lagi naik memegang belakang kepalaku. Dia meremas segenggam rambutku dan
menariknya lembut hingga leherku terpampang bebas untuk bibirnya. Aku meringis
ketika bibir Miles menyentuh leherku, karena menahan suara ternyata jauh lebih
menantang daripada yang kubayangkan. Terutama karena posisi kami saat ini lebih
menguntungkan Miles. Tangannya bebas menjelajah ke mana pun yang dia inginkan,
dan itulah yang dilakukannya saat ini.
Menjelajah, membelai, menuruni perutku hingga menyentuh satu
titik yang membuatku memasrahkan kemenanganku.
Aku merasa Miles curang.
Begitu jemari Miles menemukan titik yang biasanya membuatku
menjeritkan namanya, aku mempererat cengkeraman di bahu Miles dan mengatur
ulang posisi lututku supaya bisa lebih..........(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE
tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari
kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 17.7 Novel Romantis WajahBuruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 17.6 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "