Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 17.7 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah film layar lebar.

Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.

Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 17.7


Bab 17.7 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta 

Aku merasa Miles curang.

Begitu jemari Miles menemukan titik yang biasanya mem- buatku menjeritkan namanya, aku mempererat cengkeraman di bahu Miles dan mengatur ulang posisi lututku supaya bisa lebih mengendalikan gerakan. Aku ingin membuat Miles tersiksa sama seperti dia menyiksaku saat ini.

Setelah aku mengatur ulang posisi sehingga bisa mengangkat tubuh menjauhi Miles, gerakan lambat namun terus-menerus itu berhenti. Bibir Miles memburu bibirku dengan ciuman lapar, ciuman yang lebih bergairah dan lebih mendesak daripada sebelum-sebelumnya. Rasanya kami digoda mengucapkan selamat tinggal pada gairah mendasar kami untuk mengungkapkan dengan kata-kata betapa indahnya ini.

Aku tahu-tahu diterjang sensasi yang menyebar di sekujur tubuh, sehingga aku terpaksa mengangkat tubuh dari Miles dan bertahan sebelum hilang kendali. Meskipun aku ingin melambatkan irama, Miles melakukan hal sebaliknya dengan menambah kekuatan tekanan tangannya di tubuhku. Aku membenamkan wajah di leher Miles dan menggigit lembut bahunya untuk mencegahku mengerangkan namanya.

Begitu gigiku menghunjam kulit Miles, aku mendengar napas Miles berubah tajam dan kurasakan kakinya menegang.

Dia hampir lepas kendali.

Hampir.

Jika Miles masuk sedikit lagi saja dengan tangan masih menyentuhku seperti ini, dia akan menang. Aku tidak ingin dia menang.

Jika dipikir lagi, aku sebenarnya ingin Miles menang, dan aku menduga dia memang ingin menang dari embusan napasnya di leherku ketika aku kembali menurunkan tubuh.

Miles, Miles, Miles.

Miles bisa merasakan percintaan ini takkan berakhir seri, jadi dia menambah kuat tekanan jemarinya di tubuhku bersamaan bibirnya menyentuh telingaku.

Oh, wow.

Aku bisa kalah.

Setiap saat.

Oh, astaga.

Miles mengangkat pinggul sambil membuatku lebih rapat, memaksa seruan, “Miles!” tanpa sadar terlepas dari bibirku, bersama suara terkesiap dan rintihan. Aku mengangkat pinggul, tapi begitu sadar dia menang, Miles mengembuskan napas dan kembali menarikku merapat dengan tenaga lebih kuat.

“Akhirnya,” bisik Miles parau di leherku. “Kurasa aku takkan sanggup bertahan meskipun sedetik lagi.”

Sekarang, karena kompetisi sudah berakhir, kami sama-sama lepas kendali; suara kami begitu kuat hingga kami harus berciuman lagi untuk meredam suara-suara itu. Tubuh kami bergerak selaras, bertambah cepat, bergesekan kuat. Gerakan lapar kami berlangsung selama beberapa menit, intensitasnya terus meningkat hingga aku yakin aku tak sanggup bertahan meskipun sedetik lagi. “Tate,” kata Miles di bibirku, sambil tangannya memperlambat gerakan pinggulku. “Aku ingin kita mencapai puncak bersama.”

Oh, astaga. Jika Miles ingin aku bertahan sebentar lagi, dia tidak boleh berkata seperti itu. Aku hanya mengangguk, tidak mampu mengeluarkan jawaban yang bisa dimengerti.

“Kau hampir puas?” tanya Miles.

Aku mengangguk lagi, kali ini sekuat tenaga mencoba berbicara, tapi tidak tercetus apa pun selain rintihan.

“Apakah itu berarti ya?”

Bibir Miles berhenti mencium bibirku, dan sekarang dia berfokus pada responsku. Aku mengangkat tangan ke belakang kepala Miles dan menempelkan pipiku ke pipinya.

“Ya,” akhirnya aku bisa menjawab. “Ya, Miles. Ya.” Aku merasakan tubuhku mulai menegang bersamaan Miles menghela napas tajam.

Aku mengira sebelum ini kami pernah berpelukan erat, tapi semua itu bahkan tidak bisa dibandingkan dengan momen ini. Rasanya semua indra kami secara ajaib melebur menjadi satu dan kami merasakan sensasi-sensasi yang persis sama, mengeluarkan suara berisik yang persis sama, mengalami intensitas gairah yang sama, dan berbagi respons yang sama.

Ritme gerakan kami berangsur melambat, begitu pula getaran di sekujur tubuh kami. Cengkeraman erat kami di tubuh satu sama lain pun mulai mengendur. Miles membenamkan wajah di rambutku dan mengembuskan napas berat.

“Pecundang,” bisiknya.

Aku tertawa dan bergeser untuk menghadiahkan kecupan bercanda di leher Miles. “Kau curang,” tukasku. “Kau mendatangkan bala bantuan ilegal ketika mulai menggunakan tangan.”

Miles tertawa sambil menggeleng-geleng. “Bermain tangan tidak termasuk curang. Tapi jika menurutmu aku curang, mungkin kita harus bertanding ulang.”……….(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 17.8 Novel Romantis WajahBuruk Cinta

Posting Komentar untuk "Bab 17.7 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "