Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 17.8 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah film layar lebar.

Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.

Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 17.8

Bab 17.8 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta 

Aku tertawa dan bergeser untuk menghadiahkan kecupan ber- canda di leher Miles. “Kau curang,” tukasku. “Kau mendatangkan bala bantuan ilegal ketika mulai menggunakan tangan.”

Miles tertawa sambil menggeleng-geleng. “Bermain tangan tidak termasuk curang. Tapi jika menurutmu aku curang, mungkin kita harus bertanding ulang.”

Aku menaikkan alis. “Pemenangnya yang menang dua dari tiga pertandingan?”

Miles mengangkat pinggangku dan mendorongku ke pintu penumpang ketika berjuang untuk bergeser ke balik setir. Dia menyerahkan pakaianku, memakai kembali kausnya, lalu mengancingkan jins. Setelah Miles memantapkan duduk, aku mengatur duduk di jok penumpang dan mengenakan kembali semua pakaianku sementara Miles menyalakan mesin. Dia menggerakkan persneling dan mulai memundurkan mobil. “Pasang sabuk pengaman,” katanya sambil mengedip.

Kami hampir tidak berhasil keluar dari lift, apalagi berjalan ke ranjang Miles. Dia hampir bercinta denganku di lorong apartemen. Kabar menyedihkannya, aku pasti tidak keberatan.

Lagi-lagi Miles menang. Aku mulai menyadari lomba siapa yang paling bisa menahan suara bukan ide bagus ketika sainganku orang paling pendiam yang pernah kutemui.

Aku berencana mengalahkan Miles pada ronde ketiga. Hanya saja bukan malam ini, karena Corbin kemungkinan besar pulang tidak lama lagi.

Miles menatapku lekat. Dia berbaring telungkup, dengan tangan terlipat di bantal dan kepala rebah di tangan. Aku berpakaian karena harus lebih dulu pulang ke apartemen sebelum Corbin supaya aku tidak perlu berbohong di mana aku sebelumnya.

Tatapan Miles mengikuti gerakanku di kamar tidurnya selama aku berpakaian.

“Kurasa br4-mu masih di lorong,” kata Miles sambil tertawa. “Kau mungkin ingin memungutnya sebelum Corbin menemukannya.”

Aku mengerutkan hidung ketika mendengar gagasan itu. “Ide bagus,” sahutku, lalu berlutut di ranjang dan mengecup pipinya, tapi Miles memeluk pinggangku dan menarikku ke depan sambil berguling menelentang. Dia memberiku ciuman yang lebih memabukkan daripada ciuman yang baru kuhadiahkan padanya.

“Boleh aku bertanya?”

Miles mengangguk, tapi anggukan terpaksa. Dia gelisah menunggu pertanyaanku.

“Kenapa kau tidak pernah melakukan kontak mata ketika kita bercinta?”

Pertanyaanku membuat Miles bingung. Dia menilaiku selama beberapa saat dengan bibir membisu hingga aku bergeser menjauh dan duduk di sebelahnya di ranjang, menunggu jawabannya. Miles mendorong tubuh bangkit lalu bersandar di kepala ranjang, menurunkan tatapan ke tangannya. “Orang berada dalam keadaan rentan ketika bercinta,” katanya sambil mengedikkan bahu. “Mudah sekali dibingungkan karena mengira kita dilanda perasaan dan emosi padahal bukan, terutama jika terjadi kontak mata.” Miles menaikkan tatapan padaku. “Apa itu mengusikmu?” Aku menggeleng, menjawab tidak, padahal hatiku berseru,

Ya! “Kurasa nanti aku juga terbiasa. Aku hanya penasaran.”

Aku suka bersama Miles, tapi semakin lama aku semakin membenci diri sendiri seiring kebohongan baru terucap dari bibirku.

 Miles tersenyum dan menarikku kembali mendekati bibirnya, kali ini dia menciumku dengan isyarat final yang lebih tegas. “Selamat malam, Tate.”

Aku berjalan mundur dan keluar dari kamar Miles, merasakan tatapannya terus mengikutiku. Lucu, Miles menolak melakukan kontak mata denganku selama bercinta, tapi pada kesempatan lain justru seperti tidak bisa mengalihkan tatapan dariku.

Rasanya aku belum ingin kembali ke apartemen, jadi setelah memungut bra, aku berjalan ke lift dan turun ke lobi untuk mencari tahu apakah Cap masih di sana. Aku tidak sempat melambai padanya tadi, sebelum Miles mendorongku ke lift dan menggerayangiku.

Cap, tentu saja, mendekam di kursinya seperti biasa, meskipun sekarang pukul 22.00 lewat.

“Kau pernah tidur atau tidak?” tanyaku sambil berjalan ke kursi di sebelah Cap.

“Tingkah orang semakin menarik pada malam hari,” sahut Cap. “Aku suka tidur larut malam, menghindari semua orang bodoh yang terlalu tergesa-gesa pada pagi hari.”

Aku mengembuskan napas lebih kuat daripada yang kuniatkan ketika menyandarkan kepala ke kursi. Cap memperhatikan itu dan menoleh padaku.

“Oh, tidak,” kata Cap. “Kau terlibat masalah dengan bocah itu? Kalian berdua kelihatannya cukup akur dua jam lalu. Sepertinya aku bahkan melihat senyum samar di wajahnya ketika dia masuk gedung ini bersamamu.”

“Hubungan kami baik-baik saja,” kataku. Aku terdiam beberapa……….(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 17.9 Novel Romantis WajahBuruk Cinta

Posting Komentar untuk "Bab 17.8 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "