Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 2.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah film layar lebar.

Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.

Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 2.1

Bab 2.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta 

Kami tiba di ujung lorong, persis ketika dia mengucapkan sesuatu yang sepertinya harapan bahwa dia akan menyukai sekolah ini karena dia belum siap pindah dari Phoenix. Dia tidak terlihat gembira karena harus pindah. Tapi dia tidak tahu betapa gembiranya hatiku karena dia pindah kemari.

“Di mana kelas Mr. Clayton?” tanyanya.

Kupandangi lekat-lekat bibir yang baru mengucapkan pertanyaan itu. Bibir Rachel tidak simetris. Bibir atasnya lebih tipis daripada bibir bawah, tapi orang takkan tahu jika dia tidak berbicara. Ketika kata demi kata terucap dari sana, aku bertanya-tanya mengapa kata-kata terdengar lebih merdu jika keluar dari bibirnya daripada dari bibir orang lain.

Lalu matanya. Tidak mungkin mata Rachel tidak melihat dunia dengan lebih cantik dan lebih damai daripada semua mata orang lain.

Aku menatapnya beberapa detik lagi; setelah itu menunjuk ke belakang dan memberitahu kelas Mr. Clayton sudah lewat. Rona merah muda di pipi Rachel semakin merah, seolah pengakuanku memengaruhi perasaannya

seperti dia memengaruhi perasaanku.

Aku tersenyum lagi.

Aku mengangguk ke arah kelas Mr. Clayton.

Kami pun berjalan ke arah itu.

Rachel.

Kau akan jatuh cinta padaku, Rachel.

Aku membukakan pintu untuknya dan memberitahu

Mr. Clayton bahwa Rachel murid baru di sekolah ini. Aku juga ingin menambahkan, untuk semua murid laki-laki di kelas ini, Rachel bukan milik mereka, Rachel milikku. Tapi, aku tidak berkata apa-apa. Tidak perlu, karena satu-satunya yang perlu menyadari bahwa aku menginginkan Rachel adalah Rachel.

Dia menatapku dan tersenyum lagi, duduk di satu-satunya kursi kosong, di seberang kelas, Matanya memberitahuku bahwa dia tahu dirinya milikku.

Hanya masalah waktu.

Aku ingin mengirim SMS pada Ian dan memberitahunya murid baru itu tidak hot. Aku ingin mengatakan pada Ian bahwa murid baru itu sepanas gunung berapi, tapi Ian pasti menertawakan hal itu.

Sebaliknya, aku malah diam-diam mengambil foto Rachel dari tempat dudukku. Aku mengirim foto itu pada Ian disertai pesan berbunyi, “Dia akan mengandung semua bayiku.”

Mr. Clayton memulai pelajaran, Miles Archer kini terobsesi, Aku bertemu Rachel hari Senin, Sekarang Jumat. Aku belum mengobrol dengannya sejak hari kami bertemu. Aku tidak tahu mengapa. Kami satu kelas dalam tiga mata pelajaran. Setiap kali aku melihatnya, Rachel tersenyum padaku seolah ingin aku bicara padanya. Setiap kali berhasil memompa keberanian, aku kemudian membujuk diri agar mengurungkan niat, Padahal biasanya aku percaya diri.

Lalu Rachel muncul.

Aku memberi diriku kesempatan hingga hari ini. Jika hari ini tidak juga berhasil menghimpun keberanian, aku akan memasrahkan satu-satunya kesempatanku dengan Rachel. Gadis seperti Rachel takkan lama tanpa pasangan, Itu kalau dia belum punya pasangan.

Aku tak tahu kisah hidupnya atau apakah dia terikat dengan pemuda lain di Phoenix, hanya ada satu cara untuk mencari tahu.

Aku berdiri di sebelah loker Rachel, menunggunya. Dia keluar dari kelas dan tersenyum padaku. Aku menyapa “hai” ketika Rachel berjalan ke lokernya. Aku lagi-lagi melihat perubahan samar pada warna kulitnya. Aku suka pemandangan itu.

Aku bertanya bagaimana minggu pertamanya.

Rachel menjawab baik-baik saja. Aku bertanya apakah dia sudah memiliki teman, Rachel mengedikkan bahu sambil menjawab, “Beberapa.”

Aku mengendus aroma tubuhnya, dengan gerakan tidak kentara. Tapi dia menyadari hal itu.

Jadi, kukatakan padanya dia wangi. Dia menjawab, “Terima kasih.”

Aku menekan bunyi jantungku yang menggedor-gedor gendang telinga. Aku melupakan lapisan air yang terbentuk di telapak tanganku. Aku menenggelamkan nama Rachel, padahal aku ingin mengucapkannya kuat-kuat, berulang kali. Aku mengenyahkan semua itu dan terus menatapnya ketika bertanya apakah dia mau keluar denganku.

Aku menghalau semua itu dan memberi Rachel kesempatan merespons, karena hanya itu yang kuinginkan. Aku hanya menginginkan anggukan. Jawaban yang tak membutuhkan kata-kata.

Atau sekadar senyuman? Tapi dia tidak mengangguk, Dia sudah punya rencana malam ini.

Semua hal tadi kembali padaku dengan kekuatan sepuluh kali lipat, tumpah ruah seperti darah sementara aku bendungannya. Debaran jantungku, telapak tangan yang berkeringat, nama Rachel, kegelisahan baru yang tidak pernah kutahu ternyata ada, membenamkan diri di dadaku. Semua itu mengambil alih dan terasa seolah membangun tembok di sekeliling Rachel.

“Tapi besok aku tidak sibuk,” katanya, merobohkan tembok itu dengan kata-katanya.

Aku menyisihkan tempat untuk kata-kata itu. Tempat yang luas, Aku membiarkan kata-kata itu menyerbuku. Aku menyerap kata-kata itu seperti spons. Aku memetik kata-kata itu di udara dan menelannya.

“Besok juga boleh,” kataku. Aku mengeluarkan ponsel dari saku, tidak berusaha menyembunyikan senyum. “Berapa nomormu? Aku akan meneleponmu.”

Rachel memberitahuku nomornya, Dia senang.

Aku menyimpan nama dan nomor Rachel di ponselku, dan tahu nomor itu akan tersimpan di sana untuk waktu yang lama Dan aku akan menghubungi nomor itu. Benar-benar sering menghubunginya………(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Posting Komentar untuk "Bab 2.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "