Bab 23.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah
film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di
masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua
sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles
6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta,
Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak
bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 23.2
Bab 23.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
Aku menjawab dengan menarik Miles semakin rapat hingga bibir
kami bertemu. Kami membuka bibir pada waktu yang tepat sama dan saling melumat.
Kami bergerak liar, saling menarik, mengerang, mencengkeram kulit satu sama
lain.
S3ks, aku mengingatkan diriku. Sekadar s3ks. Tidak lebih. Miles
takkan memberikan satu pun bagian dirinya padaku.
Aku bisa meyakinkan diriku hanya itu yang kuinginkan, tapi
pada saat yang sama aku mengambil, mengambil, mengambil sebanyak yang bisa. Aku
menguraikan setiap suara yang dikeluarkan Miles, juga setiap sentuhannya,
sambil mencoba meyakinkan diri bahwa apa yang diberikan Miles padaku jauh lebih
banyak dari sekadar s3ks.
Dasar bodoh. Tapi, setidaknya aku orang bodoh yang mawas
diri.
Aku membuka kancing jins Miles, dia membuka pengait br4ku, dan
sebelum kami masuk kamarku, blusku sudah lepas. Bibir kami tidak sesaat pun
berpisah ketika Miles menutup pintu kamarku, lalu dia menyentak br4ku hingga
lepas. Dia mendorongku ke ranjang dan menarik jinsku, setelah itu berdiri untuk
melepas jinsnya.
Ini perlombaan.
Perlombaan Miles dan aku melawan segalanya.
Kami berlomba mengungguli hati kecil kami, gengsi kami, rasa
hormat kami, kebenaran. Miles berjuang memasukiku sebelum satu pun dari semua
itu sempat menyusul kami.
Ketika Miles kembali ke ranjang, dia langsung memosisikan
diri di atasku, di tubuhku, lalu di dalamku.
Kami menang.
Bibir Miles kembali mencari bibirku, tapi hanya sampai di
situ. Miles tidak menciumku. Bibir kami bersentuhan, napas kami saling
mengempas, tatapan kami bertemu tapi tidak terjadi ciuman.
Bibir kami melakukan jauh lebih banyak daripada semua itu.
Setiap kali Miles mendorong, bibirnya menggesek bibirku, dan tatapannya semakin
lapar, tapi dia tidak menciumku satu kali pun. Ciuman jauh lebih mudah daripada
apa yang kami lakukan. Ketika berciuman, kita bisa memejamkan mata. Kita bisa
menyingkirkan pikiran-pikiran dengan berciuman. Kita bisa menyingkirkan
kepedihan, keraguan, dan rasa malu dengan berciuman. Ketika memejamkan mata dan
berciuman, kita melindungi diri dari kerapuhan.
Tetapi, kami tidak sedang melindungi diri.
Ini konfrontasi. Ini adu siapa yang paling kuat. Ini pertarungan
satu lawan satu. Ini tantangan dariku untuk Miles, dari Miles untukku. Aku
menantangmu menghentikan ini, begitu kami sama-sama berteriak dalam hati.
Tatapan Miles berfokus padaku selama tubuhnya menginvasi
tubuhku. Setiap kali dia menekan, di kepalaku terngiang kembali kata-katanya
padaku beberapa minggu lalu.
Mudah sekali dibingungkan karena mengira kita dilanda perasaan
dan emosi padahal bukan, terutama jika terjadi kontak mata. Sekarang aku
mengerti sepenuhnya. Aku sangat mengerti
hingga hampir berharap Miles memejamkan mata, karena kemungkinan
besar Miles tidak merasakan seperti yang dia perlihatkan padaku saat ini.
“Kau terasa mengagumkan,” bisik Miles. Kata-katanya berguguran
ke bibirku, memaksaku mengeluarkan balasan berupa erangan. Miles menyelipkan
tangan kanan di antara kami, memberikan tekanan dengan cara yang biasanya
membuat kepalaku terlempar ke belakang dan mataku memejam.
Kali ini tidak. Aku takkan mundur dari konfrontasi ini.
Terutama saat Miles menatap langsung ke mataku, menyangkal kata-katanya
sendiri.
Meskipun menolak menyerah, aku membiarkan Miles tahu aku
menyukai yang dia lakukan padaku. Aku tidak tahan untuk membiarkan Miles tahu
itu, karena saat ini aku tidak lagi memiliki kendali atas suaraku. Suaraku
dikuasai perempuan yang berpikir dia menginginkan ini dari Miles.
“Jangan berhenti,” kata suaraku, yang semakin takluk pada
Miles seiring momen ini berlangsung semakin lama.
“Aku tidak berencana berhenti.”
Miles menambah kekuatan tekanannya, di luar maupun di dalam
tubuhku. Dia memegang belakang lututku dan menekuknya, mencari sudut yang
sedikit berbeda untuk menyatukan kami. Dia menahan kakiku kuat-kuat dan
mendorong semakin dalam.
“Miles. Astaga.” Aku mengerang memanggil namanya dan
mengucap berkali-kali. Tubuhku mulai bergetar di bawahnya, dan aku tidak bisa
memastikan siapa dari kami yang lebih dulu ambruk, tapi sekarang kami
berciuman. Kami berciuman sekeras dan sedalam dorongannya di tubuhku.
Miles mengeluarkan suara keras. Aku lebih keras. Tubuhku
bergetar. Getaran tubuh Miles lebih kuat.
Miles kehabisan napas. Aku menghela napas cukup banyak untuk
kami berdua.
Miles mendorong untuk penghabisan kali dan menindihku kuat-kuat
di kasur dengan bobotnya. “Tate,” erang Miles, me……..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 23.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 23.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "