Bab 23.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah
film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di
masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua
sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles
6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta,
Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak
bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 23.3
Bab 23.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
Miles kehabisan napas. Aku menghela napas cukup banyak un-
tuk kami berdua.
Miles mendorong untuk penghabisan kali dan menindihku
kuat-kuat di kasur dengan bobotnya. “Tate,” erang Miles, menyebut
namaku di bibirku saat getaran tubuhnya mereda. “Brengsek, Tate.” Perlahan dia
menarik tubuh dan menekan pipi ke dadaku. “Berengsek,” bisiknya. “Ini luar
biasa. Ini. Kita. Sungguh luar biasa.”
“Aku tahu.”
Miles berguling hingga berbaring miring dan membiarkan tangannya
melintang di tubuhku. Kami berbaring tanpa berkata-kata. Aku tidak ingin
mengakui bahwa aku baru saja membiarkan Miles memanfaatkanku lagi.
Miles tidak mau mengakui bahwa ini lebih dari sekadar s3ks.
Kami sama-sama membohongi diri sendiri.
“Mana Corbin?” tanya Miles.
“Dia baru pulang larut malam nanti.”
Miles memiringkan kepala dan menurunkan tatapan padaku, di
dahinya muncul kerutan khawatir. “Aku sebaiknya pergi.” Dia berguling turun
dari ranjang dan memakai kembali jinsnya. “Kau datang nanti?”
Aku mengangguk sambil berdiri, lalu memakai jinsku. “Kuambil
dulu blusku di dapur,” kataku. Aku memakai br4 dan memasang pengaitnya. Miles
membuka pintu kamarku, tapi tidak keluar. Dia berhenti di ambang pintu, menatap
seseorang.
Sial.
Aku tidak perlu melihat untuk tahu Corbin berdiri di luar
kamar. Aku langsung berlari ke pintu untuk mencegah apa pun yang akan terjadi.
Ketika aku melebarkan daun pintu, Corbin berdiri di pintunya di seberang
lorong, menatap garang pada Miles.
Aku mengambil inisiatif. “Corbin, sebelum kau mengatakan apa
pun...”
Corbin mengangkat satu tangan untuk menyuruhku diam. Sedetik
tatapannya jatuh ke br4ku, dan dia meringis seolah berharap yang dia dengar
tidak sungguh-sungguh terjadi. Corbin memalingkan wajah, dan aku cepat-cepat
menutupi tubuh, merasa malu karena Corbin mendengar segalanya. Corbin kembali
menatap Miles, tatapannya memancarkan kemarahan dan kekecewaan dalam kadar sama
besarnya. “Sudah berapa lama?”
“Jangan jawab, Miles,” kataku. Aku hanya ingin Corbin pergi.
Corbin tidak berhak menanyai Miles seperti ini. Ini konyol.
“Beberapa lama,” sahut Miles dengan malu.
Corbin mengangguk lambat-lambat, mencerna jawaban itu. “Apa
kau mencintainya?”
Miles dan aku bertatapan. Miles menatap Corbin lagi seolah
mencoba memutuskan siapa dari kami berdua yang ingin dia buat senang dengan
jawabannya.
Aku yakin gelengan lambat Miles tidak membuat aku maupun
Corbin senang.
“Setidaknya, apakah kau berencana mencintainya?” tanya
Corbin lagi.
Aku terus mengamati Miles seolah seseorang bertanya padanya
apa arti kehidupan. Kurasa aku menginginkan jawaban atas pertanyaan itu lebih
daripada Corbin menginginkannya.
Miles mengembuskan napas dan menggeleng lagi. “Tidak,”
bisiknya.
Tidak.
Miles bahkan tidak berencana mencintaiku.
Aku sudah tahu jawaban Miles. Aku bahkan sudah menduganya.
Tetapi, tetap saja rasanya menyakitkan. Fakta bahwa Miles tidak bisa memberikan
jawaban bohong, meskipun untuk menghindarkan diri mengecewakan Corbin,
membuktikan dia tidak main-main.
Ini Miles. Miles tidak mampu mencintai. Tidak lagi.
Corbin mencengkeram bingkai pintu dan menekan dahi ke
tangan, menghela napas lambat tapi teratur. Dia kembali memandang Miles dengan
tatapan seperti anak panah membidik sasaran. Seumur hidupku, belum pernah aku
melihat Corbin semarah ini.
“Kau baru tidur dengan adikku?”
Aku menunggu Miles terhuyung ke belakang karena kerasnya
tuduhan Corbin, tapi Miles justru maju selangkah ke arah kakakku. “Corbin,
adikmu perempuan dewasa.”
Corbin dengan cepat maju selangkah mendatangi Miles.
“Keluar.” Miles menoleh ke belakang padaku, tatapannya meminta maaf dan sarat
penyesalan. Aku tidak tahu apakah tatapan menyesal itu ditujukan untukku atau
Corbin, tapi dia menuruti
permintaan Corbin.
Dia pergi.
Aku masih berdiri di pintu kamarku, menatap Corbin seolah
aku bisa terbang melintasi lorong ini lalu merobohkannya.
Corbin memberiku tatapan menusuk yang sekokoh sikap
berdirinya. “Bukan kau yang menjadi kakak, Tate,” kata Corbin. “Jangan berani
berkata aku tidak boleh marah.” Corbin mundur ke kamarnya dan membanting pintu……..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 23.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 23.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "