Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 27.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah film layar lebar.

Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.

Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 27.1

Bab 27.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta 

Telepon rumah Corbin tidak pernah berdering. Terutama setelah tengah malam. Aku menyibak selimut dan menyambar blus, lalu memakainya. Aku tidak tahu untuk apa aku repot-repot berpakaian. Corbin tidak di rumah, dan Miles baru pulang besok.

Aku tiba di dapur pada deringan kelima, bersamaan mesin penjawab beraksi. Aku menahan pesan, lalu menempelkan telepon ke telinga.

“Halo?”

“Tate!” kata ibuku. “Ya Tuhan, Tate.”

Suara ibuku panik, dan itu menyebabkan aku ikut panik. “Ada apa?”

“Pesawat. Ada pesawat jatuh kira-kira setengah jam lalu, dan aku tidak bisa menghubungi maskapainya. Apa kau sudah berbicara dengan kakakmu?”

Lututku mencium lantai. “Mom yakin pesawat itu dari maskapai tempat Corbin bekerja?” tanyaku. Suaraku terdengar begitu ketakutan hingga aku sendiri tidak mengenalinya. Suaraku terdengar semengerikan suara ibuku ketika kecelakaan seperti ini terakhir kali terjadi.

Saat itu aku baru enam tahun, tapi aku ingat semua detail peristiwa itu seolah baru terjadi kemarin, bahkan hingga piama bergambar bulan dan bintang yang kupakai. Ayahku bertugas sebagai pilot maskapai penerbangan domestik. Kami menyalakan TV tak lama setelah makan malam dan menyaksikan acara berita menyiarkan tentang pesawat yang jatuh karena kegagalan mesin. Semua penumpang pesawat tewas. Aku ingat mengamati ibuku yang histeris melakukan percakapan telepon dengan maskapai ketika mencari informasi tentang siapa pilot yang menerbangkan pesawat itu. Kami tahu pilotnya bukan ayahku sejam kemudian,

tapi sejam itu menjadi sejam paling menakutkan dalam hidup kami.

Hingga hari ini.

Aku berlari ke kamar dan menyambar ponsel di nakas, lalu cepat-cepat menghubungi nomor kakakku. “Apa Mom sudah mencoba menghubunginya?” tanyaku pada ibuku sambil berjalan ke ruang tamu. Aku mencoba berjalan ke sofa, tapi karena alasan tertentu, sepertinya lantai lebih nyaman. Aku berlutut lagi, sikap tubuhku hampir seperti berdoa.

Kurasa aku memang berdoa.

“Ya, sejak tadi aku tidak berhenti menghubungi ponselnya, Semua masuk ke kotak suara.”

Pertanyaan bodoh. Tentu saja ibuku sudah berusaha menghubungi kakakku. Meskipun begitu, aku juga mencoba, sayang langsung dialihkan ke kotak suara.

Aku mencoba menenangkan Mom, padahal aku tahu itu sia- sia. Hingga kami mendengar langsung suara Corbin, tindakan menenangkan apa pun takkan menolong. “Aku akan menelepon maskapai tempatnya bekerja,” kataku pada Mom. “Aku akan menelepon Mom lagi jika ada kabar.”

Ibuku bahkan tidak mengucapkan sampai nanti.

Aku menggunakan telepon rumah untuk menelepon maskapai dan menggunakan ponsel untuk menelepon Miles. Ini pertama kalinya aku menghubungi nomor Miles.

Aku berdoa semoga Miles menjawab, karena meskipun hatiku takut setengah mati untuk Corbin, di kepalaku terlintas pikiran Miles bekerja di maskapai yang sama.

Perutku melilit.

“Halo?” Miles menjawab pada deringan kedua. Suaranya terdengar ragu-ragu, seolah tidak yakin mengapa aku menelepon.

“Miles!” panggilku, kalut sekaligus lega. “Apa dia baik-baik saja? Apakah Corbin baik-baik saja?”

Jeda.

Mengapa ada jeda?

“Apa maksudmu?”

“Pesawat,” sahutku cepat. “Ibuku menelepon. Ada pesawat jatuh. Corbin tidak menjawab ponselnya.”

“Kau di mana?” tanya Miles cepat. “Di apartemen.”

“Biarkan aku masuk.”

Aku berjalan ke pintu dan membuka kunci. Miles mendorong pintu dengan ponsel masih menempel ke telinga. Ketika melihatku, dia menjauhkan ponsel, segera berlari ke sofa, mengambil remote, dan menyalakan TV.

Miles mengganti-ganti saluran hingga menemukan siaran berita. Dia menekan nomor di ponsel, lalu berbalik dan berlari ke arahku. Dia memegang tanganku. “Kemarilah,” katanya sambil menarikku ke pelukan. “Aku yakin Corbin baik-baik saja.”

Aku mengangguk di dada Miles, tapi penghiburannya tidak ada gunanya.

“Gary?” sapa Miles ketika seseorang menjawab ponselnya. “Ini Miles. Yeah. Yeah, aku sudah dengar,” katanya. “Siapa saja kru di pesawat itu?”

Ada jeda panjang. Aku ngeri untuk menatap Miles. Aku ngeri. “Terima kasih.” Miles menyudahi percakapan. “Dia baik-baik saja, Tate,” kata Miles cepat. “Corbin baik-baik saja. Ian juga.”……..(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 27.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Posting Komentar untuk "Bab 27.1 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "