Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 27.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah film layar lebar.

Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.

Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 27.2

Bab 27.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta 

Ada jeda panjang. Aku ngeri untuk menatap Miles. Aku ngeri. “Terima kasih.” Miles menyudahi percakapan. “Dia baik-baik

saja, Tate,” kata Miles cepat. “Corbin baik-baik saja. Ian juga.”

Tangisku pecah saking leganya.

Miles membawaku ke sofa dan duduk, lalu menarikku ke pelukannya. Dia mengambil ponsel dari tanganku dan menekan beberapa tombol sebelum menempelkan ponsel ke telinga.

“Hei, ini Miles. Corbin baik-baik saja.” Dia terdiam beberapa detik. “Yeah, dia baik-baik saja. Akan kusuruh dia menelepon Anda besok pagi.” Beberapa detik lagi berlalu, setelah itu Miles menyudahi percakapan. Dia meletakkan ponsel di sofa di sebelahnya. “Ibumu.”

Aku mengangguk. Aku sudah tahu.

Gestur sederhana itu, Miles yang menelepon ibuku, membuatku semakin jatuh hati padanya.

Sekarang Miles mengecup puncak kepalaku, tangannya mengusap tanganku naik-turun untuk menenteramkan.

“Terima kasih, Miles,” kataku.

Miles tidak membalas dengan sama-sama, karena menurutnya dia tidak melakukan apa pun yang layak mendapatkan ucapan terima kasih.

“Apa kau mengenal mereka?” tanyaku. “Kru di pesawat itu?”

 “Tidak. Mereka dari kantor pusat yang berbeda. Nama-nama mereka tidak terdengar familier di telingaku.”

Ponselku bergetar, jadi Miles menyerahkannya padaku. Aku melihat ponsel, ada SMS masuk dari Corbin.

Corbin: Siapa tahu kau mendengar berita tentang pesawat jatuh, aku ingin kau tahu aku baik- baik saja. Aku menelepon markas besar, Miles juga baik-baik saja. Tolong kabari Mom jika dia juga mendengar berita itu. Aku sayang padamu.

Aku semakin lega setelah menerima SMS langsung dari Corbin, karena sekarang aku yakin seratus persen dia baik-baik saja.

“SMS dari Corbin,” aku memberitahu Miles. “Dia mengabarkan kau baik-baik saja. Siapa tahu kau mengkhawatirkan dirimu.” Miles tertawa.

“Corbin mengecek keadaanku?” dia bertanya sambil tersenyum lebar. “Aku tahu dia tidak mungkin membenciku selamanya.”

Aku tersenyum. Aku suka Corbin ingin aku tahu Miles baik- baik saja.

Miles terus memelukku, dan aku menikmati setiap detiknya. “Kapan Corbin dijadwalkan pulang?”

“Dua hari lagi,” sahutku. “Sudah berapa lama kau pulang?”

 “Kira-kira dua menit,” sahut Miles. “Aku baru mengisi ulang ponselku ketika kau menelepon.”

“Aku senang kau sudah pulang.”

Miles tidak menanggapi. Dia tidak balas berkata dia senang sudah pulang. Bukannya mengatakan sesuatu yang memberiku harapan palsu, dia hanya menciumku.

“Tahu tidak,” kata Miles sambil menarikku ke pangkuannya, “aku tidak suka bagaimana situasi yang terjadi kemungkinan menjadi alasan kau tidak sempat memakai celana, tapi aku suka kau tidak memakai celana.” Tangan Miles merayap naik ke pahaku, dan dia menarikku hingga tubuh kami menempel rapat. Dia mengecup puncak hidungku, setelah itu mengecup daguku.

“Miles?” Aku menyusurkan tangan ke rambutnya, lalu menuruni lehernya, setelah itu berhenti di bahu. “Aku ketakutan kau ada di pesawat itu,” bisikku. “Itu sebabnya aku senang kau pulang.”

Tatapan Miles melembut, dan garis-garis khawatir di antara matanya menghilang. Aku memang tidak tahu secuil pun tentang masa lalu Miles atau kehidupannya, tapi aku menyadari dia tidak menelepon siapa pun untuk memberitahu bahwa dia baik- baik saja. Itu membuatku merasa sedih untuknya.

Tatapan Miles beralih dari mataku dan turun ke dadaku. Jemarinya mempermainkan tepi bawah blusku, lalu perlahan melepaskannya dari kepalaku. Sekarang aku tidak memakai apa-apa selain celana dalam.

Miles memajukan tubuh, tangannya memeluk punggungku, dan dia menarikku ke bibirnya, mengulum lembut puncak p4yud4r4ku, membuatku memejamkan mata tanpa sadar. Sekujur kulitku merinding ketika tangan Miles mulai menjelajahi setiap jengkal tubuhku yang tidak tertutup. Bibirnya pindah ke p4yud4r4 satu lagi, bersamaan dengan tangannya menelusur turun ke bagian pinggulku.

“Kurasa aku harus merobek celana ini, karena aku tidak ingin kau turun dari pangkuanku,” kata Miles.

Aku tersenyum. “Aku tidak keberatan. Aku punya banyak.”

Aku bisa merasakan Miles tersenyum lebar di kulitku ketika tangannya menarik karet celanaku. Dia menarik dari satu sisi, tapi tidak berhasil merobeknya. Dia mencoba merobek sisi satu lagi, tapi juga tidak berhasil.

“Kau membuat celana dalamku menyelip,” kataku sambil tertawa……..(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 27.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Posting Komentar untuk "Bab 27.2 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "