Bab 27.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah
film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di
masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua
sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles
6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta,
Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak
bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 27.4
Bab 27.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
Aku tertidur di ranjangku.
Di sebelah Miles.
Sebelum ini tak seorang pun dari kami tertidur sehabis berc1nta.
Salah satu pihak selalu pergi. Meskipun aku berusaha sekuat tenaga meyakinkan
diri sendiri ini tidak berarti apa-apa, aku tahu ini berarti sesuatu. Setiap
kali kami bersama, aku mengetahui secuil lagi tentang Miles. Entah itu sekilas
tentang masa lalu atau waktu yang dia habiskan tanpa berc1nta, atau bahkan
waktu yang dihabiskan untuk tidur, Miles mengungkapkan semakin banyak tentang
dirinya padaku, sedikit demi sedikit. Aku merasa ini baik sekaligus buruk.
Bagus karena aku ingin dan butuh begitu banyak dari dirinya, sehingga setiap
cuilan yang kudapatkan cukup untuk memuaskan hatiku ketika aku mulai mengkhawatirkan
segala sesuatu yang tidak kudapatkan dari dia. Tetapi, ini juga buruk karena
setiap kali aku mengetahui secuil lagi tentang Miles, bagian lain dirinya
semakin tidak jelas. Aku bisa melihat itu di matanya. Miles khawatir dia
memberiku harapan, dan aku takut pada akhirnya dia menarik diri sepenuhnya
dariku.
Dan semua yang terjadi dengan Miles akan hancur berantakan.
Ini tidak terhindarkan. Miles sangat teguh tentang hal-hal yang tidak dia
inginkan dari kehidupan, dan aku semakin mengerti betapa serius keinginannya
itu. Sekuat apa pun aku mencoba melindungi hatiku dari Miles, sia-sia saja.
Miles pasti mendobrak perlindunganku, meskipun begitu aku terus saja membiarkan
Miles mengisinya. Setiap kali aku bersama Miles, dia semakin memenuhi hatiku.
Dan semakin hatiku dipenuhi kepingan-kepingan tentang Miles, semakin
menyakitkan pula jika dia merenggut kepingan itu dari dadaku seolah kepingan
itu tak pernah berada di sana.
Aku mendengar ponsel Miles bergetar, merasakannya berguling
dan mengambil ponsel dari nakas di sebelahnya. Miles mengira aku tidur, jadi
aku tidak memberinya alasan berpikir sebaliknya.
“Hei,” bisik Miles. Terjadi jeda panjang, dan dalam hati aku
mulai panik karena ingin tahu siapa yang menelepon. “Yeah, maaf. Aku seharusnya
meneleponmu. Kupikir kau pasti sudah tidur.”
Jantungku seperti melompat ke kerongkongan, merayap naik
untuk melarikan diri dari Miles, aku, dan situasi ini. Dari reaksi jantungku
pada telepon masuk itu, jantungku tahu dia dalam kesulitan. Jantungku baru
menyalakan mode bertarung atau lari, dan saat ini jantungku berusaha sekuat
tenaga untuk lari.
Aku tidak menyalahkan sikap jantungku. “Aku juga sayang
padamu, Dad.”
Jantungku meluncur turun dari kerongkonganku dan kembali ke
tempatnya semula di dadaku. Sekarang jantungku bahagia. Sekarang aku bahagia.
Bahagia karena ada seseorang yang bisa ditelepon Miles.
Pada saat yang sama, aku juga diingatkan betapa sedikit yang
kuketahui tentang Miles. Betapa sedikit yang dia perlihatkan padaku. Betapa
Miles menyembunyikan dirinya dariku, sehingga ketika pada akhirnya aku patah
hati, itu bukan salah Miles.
Patah hatiku takkan terjadi dengan cepat, tentu saja, melainkan
lambat dan menyakitkan, sarat momen seperti ini, yang merobekku dari dalam ke
luar. Momen-momen ketika Miles berpikir aku tidur dan dia turun dari ranjangku.
Momen-momen ketika aku tetap memejamkan mata tapi mendengarkan Miles mengenakan
kembali pakaiannya. Momen-momen ketika aku yakin pola napasku tetap teratur
siapa tahu Miles mengamatiku ketika dia membungkuk untuk mengecup dahiku.
Momen-momen ketika dia pergi.
Karena Miles selalu pergi…….(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 28 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 27.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "