Bab 5.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah
film layar lebar.
Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di
masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua
sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles
6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.
Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta,
Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak
bersama novel berikut ini.
Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 5.3
Bab 5.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta |
Itu juga membuatku bertanya-tanya tentang Corbin. Selama
bertahun-tahun kami tumbuh bersama, Corbin tak pernah terbuka tentang hubungan
asmaranya, tapi itu karena aku yakin kakakku tidak pernah menjalin hubungan
dengan wanita. Setiap kali Corbin mengenalkanku kepada seseorang, wanita itu
sepertinya tidak pernah bertahan hingga seminggu. Aku tidak tahu apakah karena
Corbin enggan dekat dengan orang lain, atau pertanda Corbin terlalu sulit
didekati. Aku yakin jawabannya yang pertama, jika menilai dari jumlah telepon
masuk yang diterimanya dari kaum wanita pada waktu-waktu acak.
Jika mengingat banyaknya kencan semalam yang dijalaninya
tanpa komitmen yang dibuat, aku heran bagaimana Corbin bisa begitu protektif
terhadapku ketika usiaku beranjak dewasa. Kutebak itu karena Corbin sangat
memahami sifatnya sendiri. Dia tidak ingin aku berkencan dengan laki-laki
seperti dirinya.
Aku penasaran apakah Miles tipe laki-laki seperti Corbin.
“Kau mencuci piring kotorku?”
Suara Miles mengagetkanku setengah mati, sehingga aku
melompat. Aku berbalik dengan cepat dan menemukan Miles yang menjulang, gelas
di tanganku hampir terlepas karena gerakan itu. Gelas sempat tergelincir, tapi
aku berhasil menangkapnya sebelum jatuh ke lantai. Aku menghela napas untuk
menenangkan diri dan meletakkan gelas di bak cuci.
“Tugas kuliahku sudah selesai,” kataku, lalu menelan cairan
kental yang menggumpal di kerongkongan. Aku menatap piring dan gelas yang sekarang
menghuni rak piring. “Piring itu tadi kotor.”
Miles tersenyum, Menurutku.
Secepat bibir Miles melekuk ke atas, secepat itu pula
bibirnya turun lagi membentuk garis lurus. Senyum palsu.
“Semua sudah pulang,” Miles memberitahu, isyarat supaya
aku angkat kaki dari
apartemennya. Dia melihat jus jeruk yang masih berdiri di konter, lalu
mengambil dan memasukkannya kembali ke kulkas.
“Maaf,” gumamku. “Aku haus.”
Miles berbalik menghadapku dan menyandarkan bahu ke kulkas
sambil bersedekap.
“Aku tidak peduli kau meminum jus-ku, Tate.” Oh, wow.
Anehnya, kalimat itu justru terdengar seksi. Begitu pula
caranya mengatakan itu.
Tetapi, dia masih tidak tersenyum. Astaga, laki-laki ini.
Apakah dia tidak sadar ekspresi wajah seperti itu seharusnya menyertai omongan
yang lebih panjang?
Aku tidak ingin Miles melihat kekecewaanku, jadi aku kembali
berbalik ke bak cuci. Aku menggunakan penyemprot untuk mengalirkan sisa buih
sabun ke saluran pembuangan. Aku merasa tindakan ini cukup sesuai, mengingat getaran
ganjil yang mengambang di dapur Miles.
“Sudah berapa lama kau tinggal di sini?” tanyaku, mencoba
menghalau kesunyian yang meresahkan sambil berbalik menghadapnya lagi.
“Empat tahun.”
Aku tidak tahu mengapa aku tertawa, tapi aku tertawa. Miles
menaikkan alis, heran mengapa jawabannya membuatku tertawa.
“Karena apartemenmu...” Aku menatap sekilas ke ruang tamu,
lalu kembali menatap Miles.
“Bisa dikatakan kosong melompong. Kupikir siapa tahu karena
kau belum lama pindah kemari dan belum sempat menghiasnya.”
Aku tidak bermaksud membuat pernyataanku terdengar seperti
penghinaan, tapi memang kedengaran seperti itu. Aku hanya mencoba menjalin
percakapan, tapi sepertinya aku malah membuat suasana semakin canggung.
Tatapan Miles lambat-lambat menjelajahi apartemen saat dia
mencerna pernyataanku. Aku berharap bisa menarik kembali kata-kataku, tapi aku
tidak berusaha melakukannya karena mungkin saja malah membuat keadaan lebih
kacau.
“Waktuku habis untuk bekerja,” kata Miles. “Aku tidak pernah
kedatangan tamu, jadi kurasa menghias apartemen tidak menjadi prioritas.”
Aku ingin bertanya mengapa dia tidak pernah kedatangan tamu,
tapi sepertinya pertanyaan-pertanyaan tertentu dilarang diajukan pada Miles.
“Bicara tentang tamu, ada apa sih dengan Dillon?”
Miles mengedikkan bahu, lalu menyandarkan punggung
se-penuhnya ke kulkas.
“Dillon bajingan yang tak pernah memiliki rasa hormat untuk
istrinya,” sahutnya datar.
Setelah itu, dia berbalik dan berjalan meninggalkan dapur,
menuju kamarnya. Miles menutup pintu, tapi menyisakan celah secukupnya sehingga
aku masih bisa mendengar ketika dia berbicara.
“Kupikir sebaiknya aku memperingatkanmu sebelum kau jatuh
dalam bujuk rayunya.”
“Aku takkan takluk pada bujuk rayu,” sahutku. “Terutama
rayuan orang seperti Dillon.”
“Bagus,” kata Miles.
Bagus? Ha. Miles tidak ingin aku menyukai Dillon. Aku suka
karena Miles tidak ingin aku menyukai Dillon.…….………(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 5.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta
Posting Komentar untuk "Bab 5.3 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta "