Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 5.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Novel berjudul Wajah Buruk Cinta adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya, bahkan novel ini telah di angkat menjadi sebuah film layar lebar.

Novel ini menggunakan 2 sudut pandang. Sudut pandang Tate di masa kini, dan sudut pandang Miles di Enam tahun yang lalu. Meskipun kedua sudut pandang berbeda, tapi setiap pesan yang terkandung dalam alur milik Miles 6 tahun yang lalu itu ternyata berpengaruh di masa sekarang.

Sobat NOVELOVE pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini NOVELOVE akan memperkenalkan dan memberikan novel Wajah Buruk Cinta, Kami yakin Sobat NOVELOVE pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Romantis Wajah Buruk Cinta Bab 5.4 

Bab 5.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta 

“Kupikir sebaiknya aku memperingatkanmu sebelum kau jatuh dalam bujuk rayunya.”

“Aku takkan takluk pada bujuk rayu,” sahutku. “Terutama rayuan orang seperti Dillon.”

“Bagus,” kata Miles.

Bagus? Ha. Miles tidak ingin aku menyukai Dillon. Aku suka karena Miles tidak ingin aku menyukai Dillon

“Corbin takkan suka kau memulai apa pun dengan Dillon, Corbin membencinya.”

Oh. Miles tidak ingin aku menyukai Dillon demi Corbin, Mengapa itu membuatku kecewa?

Miles keluar lagi dari kamar, sekarang dia tidak lagi memakai jins dan kaus, melainkan celana kain longgar dipadu kemeja putih bersih yang tidak dikancing, Miles memakai seragam pilot.

“Kau pilot juga?” tanyaku, agak bingung. Nada suaraku membuatku terdengar terkesan tapi dengan cara ganjil.

Miles mengangguk dan berjalan ke ruang penatu yang berse-belahan dengan dapur.

 “Karena itu aku kenal Corbin,” katanya. “Kami kuliah di sekolah penerbangan yang sama.”

Dia kembali berjalan ke dapur sambil membawa keranjang cucian dan meletakkannya di konter. “Dia laki-laki baik.”

Kemeja Miles tidak dikancing. Aku memelototi perutnya.

Berhenti memelototi perutnya.

Oh, astaga, torso Miles memiliki area V. Area cekung yang indah di tubuh laki-laki mulai dari sepanjang otot perut sebelah luar, dan menghilang di balik jins seolah area cekung itu mengarah ke daerah rahasia.

Astaga, Tate, kau memelototi selangkangannya!

Miles mengancing kemeja, dan aku akhirnya berhasil mendapatkan kekuatan manusia super untuk memaksa mataku kembali menatap wajahnya.

Akal sehat, mana akal sehat? Aku seharusnya memiliki akal sehat, tapi aku tidak bisa menemukannya. Mungkin karena aku baru tahu Miles juga pilot.

Mengapa itu harus membuatku terkesan?

Aku tidak terkesan ketika mengetahui Dillon juga pilot. Tetapi, jika kupikir lagi, aku tahu Dillon pilot bukan ketika dia merapikan cucian sambil memamerkan perut. Laki-laki yang melipat cucian sambil pamer perut dan ternyata juga seorang pilot benar-benar kenyataan yang mengesankan.

Sekarang Miles sudah berpakaian lengkap. Dia memakai sepatu, aku memperhatikannya seolah aku berada di bioskop dan Miles daya tarik utamanya.

“Apakah aman?” tanyaku, akhirnya berhasil menemukan pikiran yang masuk akal. “Kau minum-minum bersama mereka, padahal sebentar lagi mengendalikan pesawat terbang komersil?”

Miles menarik ritsleting jaket, lalu mengangkat ransel berisi barang dari lantai. “Malam ini aku hanya minum air,” sahutnya, sesaat sebelum keluar dari dapur. “Aku bukan tukang minum. Sudah pasti aku tidak minum alkohol pada malam aku bertugas.” Aku tertawa dan mengikuti Miles ke ruang tamu. Aku ber- jalan ke meja untuk mengumpulkan barang-barangku.

“Kurasa kau lupa bagaimana kita bertemu,” kataku. “Pada hari aku pindah, ada orang mabuk yang pingsan di lorong.”

Miles membuka pintu depan untuk mempersilakanku keluar. “Aku tidak mengerti yang kaubicarakan, Tate,” katanya. “Kita bertemu di lift. Ingat?”

Aku tidak tahu apakah Miles bercanda, karena tidak terlihat senyum maupun kerlingan di matanya, Miles menutup pintu setelah kami keluar. Aku mengembalikan kunci apartemen, dan dia mengunci pintunya. Aku berjalan ke pintu apartemenku dan membukanya.

“Tate?”

Aku hampir berpura-pura tak mendengar panggilan Miles supaya dia memanggil namaku lagi. Tapi aku tetap berbalik menghadapnya, berpura-pura kehadiran laki-laki ini tidak membuatku gugup.

“Malam ketika kau menemukanku di lorong adalah satu pengecualian. Pengecualian yang sangat jarang terjadi.”

Ada sesuatu yang tidak terungkapkan di mata Miles, bahkan mungkin di suaranya, Miles berdiri saja di depan pintu apartemennya, dengan posisi tubuh siap berjalan ke lift. Dia menunggu apakah aku akan mengatakan sesuatu untuk menanggapi. Aku seharusnya berpamitan. Mungkin aku sebaiknya berkata semoga penerbangannya berjalan lancar dan selamat, tapi siapa tahu itu mengundang kesialan. Sebaiknya aku mengucapkan selamat malam saja.

“Apakah pengecualian itu karena sesuatu yang terjadi dengan Rachel?”

Ya. Aku malah memilih mengatakan itu. MENGAPA aku malah mengatakan itu?

Sikap tubuh Miles berubah. Ekspresinya membeku, seolah kata-kataku menyetrumnya seperti sambaran kilat. Miles kemungkinan besar bingung aku mengatakan itu, karena kentara dia tidak ingat apa pun tentang malam itu.

Cepat, Tate. Perbaiki situasi.

“Kau mengira aku seseorang bernama Rachel,” aku buru-buru berkata, berusaha semampuku menjelaskan untuk menghalau suasana canggung.

“Aku berpikir mungkin terjadi sesuatu antara kalian berdua dan itu sebabnya... mengerti, kan?”

Miles menghela napas panjang, tapi mencoba menyembunyikannya. Aku membuatnya gelisah, Kami tentu saja takkan membicarakan tentang Rachel.

“Selamat malam, Tate,” kata Miles sambil berbalik.

Aku tidak tahu apa yang baru terjadi. Apakah aku membuat Miles malu? Marah? Sedih?

Apa pun yang sudah kulakukan, sekarang aku membenci situasi ini. Aku benci kecanggungan yang memenuhi ruang kosong antara pintu apartemenku dan lift, yang di depannya berdiri Miles. Aku masuk apartemen dan menutup pintu, tapi kecanggungan itu terasa di mana-mana. Kecanggungan itu tidak tertinggal di lorong..…….………(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah sobat NOVELOVE tertarik dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 6 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta

Posting Komentar untuk "Bab 5.4 Novel Romantis Wajah Buruk Cinta"